Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

20 Maret 2024

Pengembala Mahasiswa


Oleh: Andika Sukandi

Senat dan organisasi-organisasi lainnya yang ada di dalam lingkungan kampus, adalah sebuah organisasi yang tidak hanya sebagai tempat berekspresi, menyalurkan kritikan dari suara para mahasiswa, atau mungkin juga sebagai boneka jelangkung yang bisa dimainkan dan dibungkam oleh pihak kampus. Bukan, bukan hanya itu, tetapi mereka adalah sebuah organisasi yang dapat membantu dalam memajukan dan juga mendapatkan nama baik sebuah kampus.
Untuk membantu mencapai kemajuan tersebut, para organisasi ini biasanya merealisasikannya dengan mengadakan acara-acara di dalam lingkungan kampus. Kita ambil contoh, seperti mengadakan lomba pertandingan basket antar siswa SMU yang dilaksanakan di halaman kampus.
Pertama-tama, mereka membuat proposal kegiatan acara untuk mendapatkan ijin dari pihak kampus dan mencari sponsor untuk membiayai kegiatan ini. Setelah ini terlaksana, mereka membuat brosur acara dan di pasang di sekolah-sekolah SMU yang ada disekitar kampus. Saat perserta acara mendaftarkan diri, para pembuat acara ini menyisipkan brosur kampus mereka bersama dengan setiap bukti pendaftaran yang akan diberikan kepada peserta. Akhirnya, acara pun berlangsung di lingkungan kampus dan hadiah pemenang lomba disisipkan juga dengan kenangan-kenangan yang berhubungan dengan nama kampus.
Mungkin, sebagian orang memandang acara seperti diatas hanya sebagai acara hura-hura semata. Namun, bentuk kegiatan ini sangatlah simbiosis mutualisme, atau sangat menguntungkan semua pihak, yaitu untuk peserta, senat, pihak sponsor, dan terutama sekali pihak kampus.
Untuk perserta acara, mereka mendapatkan media untuk berekspresi, menyalurkan hobi dan dapat eksis di dunianya. Kemudian, senat yang mengadakan acara mendapatkan modal dari pihak sponsor untuk merealisasikan acara yang akan mendukung anggota senat mendapatkan pengalaman berorganisasi dalam mengadakan acara. Pengalaman ini sangat penting, karena ini adalah semacam prototipe dunia kerja dan akan mendukung pada saat mereka nanti terjun ke dalam dunia kerja sebenarnya.
Lalu, pihak sponsor akan mendapatkan keuntungan juga dengan mempromosikan produk mereka. Pertama, nama produk mereka terpampang di brosur acara yang disebar keseluruh sekolah-sekolah SMU disekitar kampus dan tentu saja berbagai macam atribut seperti bendera, spanduk, baner atau lain-lainnya yang mempromosikan produk mereka yang dipasang di lingkungan kampus dimana tempat acara tersebut diadakan. Dan tentu saja yang tak kalah penting adalah mendapatkan hasil dari penjualan produk mereka dengan membuka stan sponsor di tempat acara.
Pihak terakhir adalah pihak kampus yang mendapatkan keuntungan yang amat sangat dari kegiatan ini. Pertama, dari brosur acara, nama kampus dicantumkan di brosur acara yang disebar di sekolah-sekolah SMU di sekitar kampus. Brosur ini, bisa dibilang sebagai alat promosi tidak langsung untuk memperkenalkan nama kampus kepada murid-murid SMU yang akan menjadi calon mahasiswa. Brosur kampus yang di sisipkan di bukti pendaftaran para peserta, adalah langkah selanjutnya dalam memperkenalakan lebih lanjut akan fasilitas dan akedemi-akademi yang ada di kampus.
Selanjutnya adalah acara yang diadakan di dalam lingkungan kampus itu sendiri. Ini adalah sebuah promosi yang sangat berperan dalam memperkenalkan suasana dan situasi kampus kepada para peserta acara. Para pemenang pun akan diberikan kenangan-kenangan dari pihak kampus sebagai promosi tambahan kepada mereka.
Setelah acara ini selesai, para perserta lomba ataupun pendukung peserta lomba akan mendapatkan gambaran tentang kampus ini dan mungkin saja akan berniat untuk kuliah di kampus tersebut. Semakin banyak acara yang dilaksanakan di lingkungan kampus, semakin membuka kemungkinan mendapatkan mahasiswa sebanyak-banyaknya untuk masuk ke kampus tersebut. Tak pelak lagi, pihak kampus akan mendapatkan keuntungan materi dari banyaknya orang yang berkuliah disana dan tentu saja merambat kedalam kesejahteraan para karyawannya. Ditambah lagi jika acara tersebut diliput oleh media. Lagi-lagi, pihak kampus mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan promosi secara gratis saat media memberitakan acara tersebut yang pastinya mengikutsertakan nama kampus. Bisa dibilang, pihak kampuslah yang mendapatkan keuntungan lebih tanpa mengeluarkan keringat dan banyak biaya.
Keuntungan yang akan didapatkan, bukan hanya dari pembuatan acara di bidang olah raga seperti dicontohkan di atas, tetapi bisa dengan berbagai macam acara di bidang apapun. Seperti membuat acara pagelaran musik dengan para pesertanya adalah pengamen jalanan, acara ini mungkin akan mengharumkan nama baik kampus yang peduli dengan musisi jalanan. Ataupun lomba yang berhubungan dengan teknologi informasi dan internet yang membangkitkan minat para anak SMU untuk kuliah manajemen informatika dan Komputer saat mereka lulus.
Jenis lomba lain yang bisa diadakan yaitu lomba membuat film pendek antar SMU. Mungkin saja mereka akan berniat kuliah di bidang komunikasi. Mungkin juga membuat lomba lukis graviti antar SMU, yang lagi-lagi akan memberi gambaran bahwa bakat mereka dapat disalurkan di akademi seni dan desain.
Atau mungkin pula dengan membuat olimpiade sastra antar SMU di lingkungan kampus yang jarang terdengar dari sebuah bentuk lomba. Dan sekali lagi, memberi kesempatan para perserta “menjerumuskan diri” untuk menggantungkan hidupnya di dunia sastra dengan memasuki akademi bahasa asing atau sastra. Apapun acaranya, ini akan menguntungkan semua pihak.
Namun disayangkan, segala rencana tersebut yang telah matang dibuat, terganjal oleh sebagian pihak kampus yang tidak memberikan ijin untuk mengadakan acara di halaman kampus. Tetapi kenapa ada sebagian pihak kampus yang membatasi para senat dalam membuat acara? Padahal, apa yang dilakukan para mahasiswa dan senat, ditunjukan untuk kemajuan semua pihak, khususnya pihak kampus.
Tidak bisa dibayangkan, jika para mahasiswa atau senat yang selalu diganjal dalam membuat acara dan selalu dibungkam kritikan mereka oleh pihak kampus akan menciptakan lulusan mahasiswa yang bagus di nilai akademis, tetapi mentalnya “lembek” dalam mengkritik dan minim pengalaman dalam berorganisasi.
Entah bagaimana nanti jika mantan mahasiswa dan senat ini menjadi wakil rakyat, mereka yang telah terbiasa di bungkam atau tidak terbiasa mengkritik sebuah kebijakan, pastinya mereka akan dibungkam juga dan tidak berdaya oleh pihak-pihak tertentu agar suara dari rakyat yang di letakan dipundaknya, tidak mengganjal jalan para niat buruk politisi lainnya.
Maukah kita melihat para mahasiswa yang lulus dari kampus yang tak biasa dikritik oleh mahasiswanya menjadi para politisi keblinger karena selalu dibungkam? Inginkah nama kampus dikenal sebagai tempat meluluskan para politisi yang tak biasa mengkritik dan tidak berani mengungkapkan isi hatinya? Inilah sebuah tanggung jawab para dosen sebagai garda paling depan dalam memintarkan mereka dalam bidang akademis, juga dalam bidang yang sangat penting dalam membangun mental para mahasiswa yang kritis tetapi sopan.
Namun sekali lagi, pihak yang sangat membantu para mahasiswa ini adalah di pihak kampus. Maukah pihak kampus terbuka dengan menerima kritikan membangun atau memberikan kunci untuk mereka dalam berekspresi dengan memberikan ijin dalam membuat acara?  Sekali lagi, diserahkan kembali kepada kebijakan pihak kampus, karena para mahasiswa inilah yang akan membangun bangsa ini dengan berbekal pengalaman mereka saat mereka menjalani kehidupan di kampus tempat ia menimba ilmu dan juga tempat penempaan mental kritis yang sopan.
Karena itulah, sebuah keinginan untuk melihat para mahasiswa yang akan menjadi seseorang yang sukses luar biasa di bidangnya dan mempunyai mental yang berkualitas adalah kepuasan batin dari seorang yang dulunya mendidik dan memfasilitasi mereka. Apakah anda termasuk di dalamnya?

04 September 2012

Eksistensialisme di Dunia Maya


Oleh: Andika Sukandi


Di akui oleh orang lain adalah keinginan terdalam dari seorang individu.

Setiap manusia di seluruh dunia, mempunyai keinginan untuk dikenal, diakui, dihargai dan dihormati keberadaannya oleh orang lain selama hidupnya. Keinginan mereka, biasanya diwujudkan dengan berbagai macam cara, seperti pencapaian prestasi akademik, olahraga, seni, musik, sastra ataupun sampai membiarkan kehidupan pribadi sebagian dari mereka diekspos oleh media infotainment. Ini dikarenakan, para individu ini menganut sebuah paham eksistensialisme, yang berarti manusia yang bertanggung jawab atas kemaunnya yang bebas tanpa mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar. (Alwi, 2003:288)
Para penganut eksistensialisme ini berlomba-lomba mendapatkan pengakuan tersebut untuk menunjukan kepada sekitarnya bahwa individu ini pernah ada atau selalu eksis di dunia ini. bahkan ada beberapa individu, namanya selalu eksis sepanjang masa walaupun individu ini telah tiada.
Proses pengakuan ini tak hanya ada di dunia realita saja, namun kini mulai merambat ke dunia lain. Dunia yang disebut dengan internet. Sebuah dunia maya yang yang menyediakan restoran untuk para individu yang masih lapar akan pengakuan. Laparnya para individu ini dapat memilih berbagai macam restoran jaring sosial yang dapat mengenyangkan mereka. Seperti restoran friendster, yahoo mesangger, youtube, twitter, blogger ataupun restoran yang sedang terkenal saat ini, yaitu facebook.
Inilah sebuah dunia yang tepat dengan berbagai macam restoran untuk para individu yang ingin mendapatkan sebuah hidangan pengakuan dari orang lain yang biasanya tidak di dapatkan dan dirasakan kelezatannya di dunia nyata.

Ekstasi Narsisme
Keinginan untuk diakui oleh orang lain di dunia maya, kini tak hanya untuk diakui saja, tetapi bermetafosa menjadi narsisme. Sebuah istilah yang berarti cinta diri. Kata yang dibentuk berdasarkan Narcissus, seorang tokoh mitologi Yunani, yang mati tenggelam karena terpukau pada pantulan wajahnya sendiri. (Freud, 1983:143)
Itulah yang sedang terjadi di dalam dunia maya sekarang, para individu yang tenggelam dengan sensasi situs yang menyediakan media untuk show off. Mulai dari mengupload foto-foto, video, chatting, menceritakan aktifitas keseharian mereka ataupun hanya menggambarkan perasaan mereka saat itu ke orang lain.
Kegiatan ini yang membuat para penganut Narcissus diselimuti oleh ekstasi, yaitu sebuah analogi Baudrillard tentang menggambarkan kemabukan yang melanda masyarakat kontemporer dalam berkomunikasi (Piliang, 2003:17). Ekstasi narsisme inilah yang kini menjadi sebuah trend, ataupun juga telah menjadi sebuah budaya. Budaya show off  kepada penduduk dunia maya.
Namun, budaya yang dianut para penduduk dunia baru ini sangatlah ironis, di satu sisi para individu ini sangat bersosialisasi di dunia maya, namun disisi lain, mereka menjadi individualis di dunia nyata. Mereka bisa berjam-jam saat online dan terkadang para individu ini tidak peduli dengan sekeliling tempat dimana ia terhubung melalui laptop atau blackberry mereka. Sampai-sampai para on liner ini melantarkan kegiatan yang menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan kehidupan mereka sesungguhnya.

Simbiosis mutualisme
            Sikap bijaksana yang tahu menentukan apa yang pada tempatnya atau tidak pada tempatnya, dibutuhkan untuk para on liner di dunia maya. Karena keharmonisan antar dua dunia ini harus tetaplah seimbang. Jika para individu ini terlalu senang di dunia baru hanya untuk bernarsis ria, show off , lupa waktu dan tak sengaja menjadi individualis, tentu saja akan merugikan dunia realitas mereka. Oleh karena itulah, dua dunia ini harus menjadi simbiosis mutualisme, atau saling menguntungkan.
Seperti halnya beberapa politisi saat ini yang memanfaatkan dunia maya bukan hanya untuk eksis ataupun narsis saja, tetapi mereka mempunyai misi untuk mendukung keinginannya di dunia nyata. mereka menggunakan situs-situs jaringan sosial seperti facebook untuk memperkenalkan diri, membeberkan misi dan visinya untuk menjaring suara di dunia maya.
Cara inilah yang mereka pilih untuk mendapatkan simpati, karena sebagian penduduk di Indonesia sedang eksis menjalani kehidupan di dunia maya. Keberhasilan cara ini telah dibuktikan oleh presiden Amerika saat ini, yaitu Barrack Obama yang menjaring masa dengan memanfaatkan teknologi ini untuk mendapatkan suara.
Eksisnya para individu ini di situs-situs jaring sosial tersebut, membuat para pengelola situs mendapatkan keuntungan dari kunjungan para penduduk dunia nyata yang selalu menikmati hidangan yang disajikan oleh pengelola situs yang difasilitasi oleh dunia maya dan membuat dunia baru ini menjadi sangat eksis di dunia nyata.
            Simbiosis mutualisme tersebut, telah menunjukan kepada kita bahwa dunia maya bukan hanya sebuah tempat untuk diakui, ataupun untuk show off, namun mempunyai berbagai macam manfaat untuk kehidupan nyata. Semua itu tergantung para individu untuk memanfaatkan dan menggali potensi dari dunia baru ini tanpa mengabaikan dunia realitas sebenarnya.   

01 September 2012

Idealisme yang Realistis


Oleh: Andika Sukandi


Banyak mahasiswa yang di Drop-out dan tidak lulus kuliah. Tetapi, mereka malah menjadi seorang yang sukses luar biasa karena paham idealisme yang diusungnya. Masih berlaku kah konotasi negatif drop-out di masyarakat?

Pandangan miring akan istilah drop-out, telah menggelitik nurani untuk dipertanyakan kembali tentang konotasi negatif istilah ini. Sebuah istilah yang menyudutkan setatus sosial para mahasiswa di masyarakat yang gagal dalam perkulihannya. Begitu jelek kah setatus mantan mahasiswa yang mendapatkan title tersebut? Apakah keberhasilan seseorang dipandang dari pencapainnya lulus dari perguruan tinggi?
Mungkin, pertanyaan ini akan dijawab seseorang yang secara tidak langsung mendekontruksi pandangan miring tersebut. Seorang mantan mahasiswa Harvard yang di drop-out. Dia adalah salah satu pendiri situs yang bikin hampir seluruh penduduk dunia kecanduan akan sensasi yang ditawarkan oleh situs jaringan sosial yang dibuatnya.
Ya, dialah Mark Elliot Zuckerberg. Salah satu pendiri situs facebook bersama dengan dua temannya, Dustin Moskovitz dan Chris Hughes. Zukenberg di drop out karena kecanduan segala hal tentang computer dan teknologi informasi yang membuatnya melantarkan aktifitas perkuliahannya. Apakah dia gagal? Tidak. Ia mendekotruksi pandangan tersebut dan menunjukan kepada kita bahwa ia adalah seseorang yang sukses luar biasa tanpa title yang melekat di belakang namanya. Sebuah ketekunan dan idealisnya yang kini telah menelurkan sebuah karya yang fenomenal di dunia maya.
Fenomena ini juga, telah dinikmati oleh seseorang yang tidak mendapatkan gelar perguruan tinggi. Malahan, seseorang tersebut mendapatkan gelar yang tak kalah terhormatnya, yaitu gelar salah satu orang terkaya di dunia. Seseorang yang menciptakan program luar biasa yang bernama Microsoft.
Ya, Siapa lagi bukan Bill Gates. Seorang yang mendobrak kepincangan akan status seseorang yang tak mempunyai gelar. Ia bahkan melebihi kesuksesan para lulusan sarjana yang mempunyai title. Fenomena inilah yang sedang mengguncang segala pandangan realistis yang beredar di masyarakat, bahwa sukses tak harus mempunyai gelar. 

Matinya Idealisme
di Negara ini, Negara yang kaya akan pakem-pakem sosial, budaya warisan leluhur, ataupun pandangan lisan akan hidup, masih beredar pandangan yang memaparkan pandangan miring oleh sebagian masyarakat tentang idealisme. Persepsi yang mengatakan bahwa idealisme tak dapat mengenyangkan perut dan pundi-pundi kekayaan.
Seperti pelukis yang kaya akan keindahan karya-karyanya, tetapi dipandang oleh sebagian masyarakat sebagai seseorang individu yang miskin dan tak mempunyai penghasilan yang tetap perbulan. Ataupun para musisi yang mendenyutkan nadi alat musik tradisional untuk tetap hidup lebih lama lagi untuk bertahan dari beredelan alat-alat musik modern yang menjejali para anak muda saat ini. Namun sekali lagi, para pahlawan musisi ini masih saja dipandang sebagai orang yang tidak realistis dalam menjalani realitas hidup.
Ini semua dikarenakan, sebagain besar masarakat lebih mementingkan realitas daripada idealisme. Realitas dimana penghidupan yang layak sebagai tujuan hidup. Hidup yang penuh dengan kemapanan dan konsumerisme yang berujung matinya idealisme kreatif.
Tak pelak lagi, pandangan tentang pakem realistisme membuat idealisme terpinggirkan ke status sosial anti kemapanan yang hanya mengantarkan ke jalur yang berliku-liku menghadapi realitas hidup.  

Idealisme-realistis
Paham idealisme seniman yang murni, selalu mengedepankan kenikmatan diskursus seni dan merefleksikannya ke dalam batin, kemudian menuangkannya ke dalam sebuah eksistensialisme kegilaan berkarya yang tak terbatas untuk memenuhi kepuasan batin mereka. Tanpa memikirkan jumlah materi yang akan diperoleh dari penjualan masterpiece mereka.
Namun, dari semua idealisme murni tersebut, ada beberapa pandanganan idealisme yang bertransformasi dan mulai meruntuhkan kokohnya pandangan para realitas. Pemikiran tersebut adalah idealisme-realistis yang diusung oleh Bill gates, Zuckerberg dan para idealis lainnya. Mereka berfikir bahwa paham idealisme yang berkalborasi dengan paham realistisme, dapat menciptakan realitas hidup tersendiri yang akan berevolusi menjadi pos-realistis, melebihi kerealistisan para penganut realitas.
Dan kini, Idealisme-realistis mulai membanjiri ke seluruh bagian bidang. Seperti beberapa orang yang mempunyai idealis yang tinggi untuk mengurangi sampah rumah tangga. Mereka mendaur ulang sampah plastik menjadi tas jinjing, payung, karya seni, ataupun lampu hias. Dengan karya-karya tersebut, mereka mendapatkan pos-realistis hidup dengan mendapatkan penghasilan dari menjual determinasi idealis mereka.
Pemikiran inilah yang ditunggu saat ini, pemikiran yang mungkin akan menggugah pemikiran para mahasiswa ataupun yang telah lulus, untuk tidak kalah dengan para hyper-success yang minus title, yang telah mendominasi dunia dengan idealisme karyanya.
Mungkin saja, idealisme ini bertranformasi menjadi idealisme-realistis-nasionalis yang akan terpatri ke dalam hati nurani para pejabat negara yang lebih mengedepankan kesejahteraan rakyat dan negara daripada mementingkan egosentris kelompok tertentu ataupun untuk mereka sendiri. Jika para pejabat Negara berfikir untuk mengedepankan kesejahteraan rakyat dan mewujudkannya, realitas hidup akan terpenuhi dengan sendirinya ke dalam kantong kesejahteraan mereka.

25 Agustus 2012

"Para Tuhan" di Dunia Maya


Oleh: Andika Sukandi


Manusia selalu mencari jawaban untuk menjawab semua pertanyaan yang belum terjawab.

Rasa ingin tahu tersebut adalah sifat dasar dari manusia, atau disebut dengan Id dari teori Freud, yang biasa mereka realisasikan dengan mencari dari media tertulis ataupun tak tertulis, yaitu bertanya dengan homo sapiens lainnya. Pencarian yang mereka lakukan, di dorong oleh dunia yang mereka tinggali untuk mengharuskan mereka mendapatkan jawaban dari semua jawaban tersebut dengan secepatnya.
Sumber yang menampung semua informasi, biasanya terdapat di sebuah tempat yang bernama perpustakaan. Namun, sebesar atau selengkap apapun perpustakaan, tak akan bisa menjawab segala pertanyaan. Ketidakpuasan ini, layaknya mereka ingin mencari jawaban kepada Tuhan yang maha tahu.
Pencarian ini akhirnya mereka dapatkan di sebuah dunia yang bernama dunia maya. Disana, mereka akan menemukan “para tuhan” yang akan menyarikan jawaban dari semua pertanyaan yang mereka pertanyakan. “para tuhan” ini bernama yahoo search, google, mozila, firefox dan lain-lainnya yang biasa dipanggil oleh penganutnya sebagai “browser yang maha tahu”.
Komunikasi antar manusia dengan “para tuhan” ini, terjadi setiap saat di dunia maya, mulai dari mencari informasi, data-data untuk karya tulis, berbelanja, mencari mantan pacar atau apapun yang ingin dicari tersedia disana. Kegiatan ini memeberkan bahwa dunia maya adalah sebuah industri baru yang sedang berkembang pesat.

Industri Pengetahuan
Berevolisinya industri menjadi posindustri, yaitu kegiatan produksi yang beralih dari produksi barang ke arah produksi jasa dan pengetahuan, dengan teknologi informasi dan komputerisasi (piliang, 2003:20) kini telah berkembang bagaikan jamur di dunia maya. Industri baru ini juga menumbuhkan pemain baru dalam menciptakan pabrik-pabrik yang memproduksi produk jasa dan pengetahuan.
Produk-produk itu kini telah dianggap sebagai “tuhan” oleh penduduk yang bertransmigrasi dari dunia nyata ke dunia maya. Karena produk tersebut, dianggap sebagai prototipe bagian terkecil dari keagungan Tuhan, yaitu sifat “maha tahu”.
Fenomena ini, menunjukan bahwa “keputus asaan” manusia yang ingin mendapatkan jawaban secepatnya yang tak mereka dapatkan dari Tuhan. Terputusnya hubungan tersebut, dimanfaatkan oleh para produsen posindustri untuk mencoba menyambungkan hubungan tersebut. Sebuah celah bisnis yang sangat menguntungkan dalam memainkan bisnis dari salah satu sifat Tuhan.
Sebuah pemikiran terliar dari umat manusia inlah yang terjadi saat ini, sebuah sikap atau menjadi budaya baru yang ingin segalanya serba cepat dan efesien. Mematikan keindahan sebuah proses pencapain sesuatu dan mendangkalkan tanda-tanda yang ditebarkan oleh Maha Pencipta untuk umatnya agar mereka sadar akan siapa mereka sesungguhnya.

Pencarian Logos
Pendangkalan makna yang sedang terjadi dewasa ini, dikarenakan manusia hanya melihat logika saja dalam mencari sebuah jawaban. Contohnya seperti tragedi di Situ Gintung. Manusia bertanya kepada “para tuhan” dengan memasukan “doa” dengan menuliskan ”bagaimana tragedi situ gintung bisa terjadi?” di fasilitas yang terpampang di tampilan “produk” tersebut, lalu mengklik search. Tidak menunggu lama, produk tersebut akan menunjukan “kitab-kitab” yang dapat dibuka untuk menjawab pertanyaan terebut.
Segala jawaban yang ditampilkan, akan menjelaskan secara ilmu pengetahuan sebab-sebab terjadinya musibah itu dengan berbagai macam pemikiran dari para ahli melalui logika dan penelitian mereka. Seperti hujan lebat yang membuat kapasitas Situ tersebut tidak dapat menampung debit air yang berlebih, rapuhnya tanggul, peralatan pintu air yang tak berkerja, dan juga tidak ketinggalan sebab yang paling terpenting, human error.
Namun, segala jawaban itu hanya menjawab “bagaimana”, “kapan”, “apa”, “siapa”, dan “dimana” tragedi tersebut terjadi. Tetapi, tidak menjawab pertanyaan “mengapa” itu terjadi. Ini dikarenakan, “para tuhan ini” hanya memberikan jawaban secara logika dan ilmiah, tetapi sedikit sekali memberikan jawaban-jawaban secara teologi.
Beberapa jawaban “mengapa”, hanya sebagai pembumbu saja dalam pemberian jawaban oleh “para tuhan” ini. Seperti sebuah penanda sebuah mesjid yang masih berdiri kokoh yang tidak mengalami kerusakan bangunan yang berarti. Tetapi, “mengapa” mesjid tersebut tidak hancur? padahal mesjid tersebut dekat sekali dengan tanggul yang jebol dan persis dijalur aliran jebolnya situ gintung. Namun yang sangat diherankan, bangunan-bangunan lainnya seperti rumah penduduk sekitar mesjid hancur terkena kekuatan oleh mother nature. Ini mengingatkan kita akan tragedi tsunami di Aceh yang memperlihatkan sebuah mesjid dekat pantai yang tidak hancur karena ganasnya bencana tsunami.
jika dipikirkan sejenak, tak mungkin sebuah bangunan tidak hancur terkena ganasnya aliran air yang sangat kuat. Secara ilmu pengetahuan pun masih harus membutuhkan bertahun-tahun dalam penelitian untuk menjawab “mengapa” itu dapat terjadi. Ini pertanda, bahwa hati dan imanlah yang akan memainkan peran tersebut. Biarkan permainan pertanda, bebas bermain tanpa henti menjawab pertanyaan yang diungkapkan oleh pemikiran yang mencari logos, atau kebenaran dari kebenaran.
Cacatnya “para tuhan” ini memberikan jawaban, tidak lepas darimana ia diciptakan. Karena “para tuhan” ini diciptakan oleh manusia untuk manusia yang ingin mencari jawaban.  Apalagi “Para tuhan” ini adalah sebuah teknologi, sebuah mesin, yang notabennya tidak sempurna. Ini disebabkan, tidak semua yang dipertanyakan oleh manusia kepada “para tuhan” ini dapat mencarikan jawabannya. Memang, mereka akan mencarikan jawaban dengan cepat dan menjawabnya secara instan, Tetapi sekali lagi, mereka hanyalah sebuah mesin yang selalu dibayangi oleh kekurangan disana sini.

Memilih Kucing dalam Karung


Oleh: Andika Sukandi


Sebuah bazar penyewaan kucing dalam karung yang berlabelkan toko-toko kucing telah diselenggarakan dan akan selalu diselenggarakan. Para penyewa, bisa memilih berbagai macam jenis kucing dari toko-toko kucing terkenal, tidak terkenal ataupun baru saja memulai usaha jasa penyewaan kucing ini.
Sebelum bazar ini dimulai, toko-toko ini telah mempromosikan tokonya kepada para penyewa dengan berbagai macam cara, dari membuat iklan-iklan di media cetak, televisi ataupun radio yang menelan biaya yang sangat mencengangkan. Tidak ikut ketinggalan, para kucingpun ikut mempromosikan diri melalui stiker, poster, spanduk, atau cara apapun supaya para kucing ini terpilih pada saat bazar berlangsung.
Ada berbagai macam jenis kucing yang disewakan, ada kucing yang terkenal karena namanya. Ada juga kucing yang tidak terkenal tapi berkualitas, ada pula kucing yang baru lahir memberanikan diri menyewakan dirinya.
Banyaknya jenis kucing yang disajikan, membuat para pemilih mempunyai kriteria tersendiri dalam menentukan pilihan. Sebagian ada yang memilih kucing yang pernah ia sewa. Ada yang memilih karena terkenalnya nama toko kucing. Ada beberapa penyewa memilih kucing asal pilih. Ada juga sebagian penyewa memilih karena pesanan dari penyewa lain. Ada juga para penyewa yang mempunyai hak untuk memilih, tetapi tidak berminat untuk datang ke bazar tersebut. Ada pula para penyewa yang ingin ikut dalam bazar, tetapi tidak terdaftar dalam undangan karena ketidaksiapan penyelenggara bazaar.
Dari segala hal tersebut, terselip sebuah tanggung jawab moral bagi para penyewa yang telah memilih para kandidat. Jika para penyewa salah memilih, ini akan berdampak untuk beberapa tahun kedepan.
Bazar kedua
Setelah bazar pertama, akan ada lagi penyelenggaraan bazar kedua untuk memilih kucing terbaik menurut toko-toko kucing yang banyak dipilih oleh para penyewa. Mereka akan dipilih sebagai pimpinan dan wakil pimpinan di pabrik ikan yang dimiliki oleh para penyewa. Yang terpilh akan menjalankan tugas dalam memberi kemakmuran atau malah membawa kemunduran pabrik tersebut.
Para penyewa dapat memilih mereka dari berbagai sudut pandang. Apakah akan memilih mereka yang pernah menduduki jabatan tersebut dengan melihat hasil kerja mereka, ataupun memilih kandidat baru yang mempunyai pemikiran yang fresh dan brilian dalam mengarahkan pabrik ini lebih baik lagi.
Siapapun yang akan dipilih nanti pada saat bazar yang akan datang, pastikan memilih para pemimpin yang mempunyai visi dan misi yang jelas, lalu didukung oleh kematangan dalam merencanakan agenda yang akan mereka laksanakan selama lima tahun mendatang.   

Tips setelah memilih
Ada beberapa tips yang harus diperhatikan setelah memilih. Karena para kucing yang terpilih akan bekerja di pabrik ikan milik para penyewa. Ini sangat penting untuk diperhatikan, karena mereka akan bekerja di tempat dimana para kucing dikelilingi makanan kesukaan mereka.
Tips pertama, lihatlah dengan seksama para kucing saat bekerja nanti, apakah mereka mempunyai penyakit klepto kronis yang akan mencuri persedian ikan yang melimpah di pabrik untuk menggantikan ikan-ikan yang telah mereka keluarkan saat mereka berpromosi. Jika iya, laporkan kecurigaan itu ke pengawas pabrik. Mereka akan menindaklanjuti para kucing penyakitan ini. Jika para kucing terbukti menyolong ikan, mereka akan dikarantina dan dikandangkan.
Tips kedua, sering-sering mengecek pabrik, apakah para kucing ini mengelola ikan dengan baik atau hanya datang sekedar setor muka dan tidur di bangku-bangku empuk di pabrik. Ini harus selalu dicek oleh penyewa atau meminta bantuan dari para pengawas publik untuk memperhatikan keadaan pabrik-pabrik dan melaporokan situasi terbaru kepada penyewa dalam bentuk media cetak, televisi, ataupun media lainya.  
Tips ketiga, perhatikan kinerja para kucing ini. Apakah mereka membuat peraturan dalam mendistrubisikan ikan untuk kepentingan majikannya atau condong kepada kesejahteraan penyewa. Jika lebih mementingkan majikan mereka, sangat disayangkan, para penyewa salah memilih karena mereka telah memilih boneka kucing yang mudah dimainkan oleh siapa saja.
Ada banyak lagi tips yang dapat diperhatikan oleh para penyewa yang telah memilih para kucing ini. Tapi yang terpenting adalah, pada saat bazar lima tahun yang akan datang, ingat-ingatlah untuk tidak kembali menyewa kucing tersebut di tempat yang sama. Karena mereka akan kembali lagi ke toko-toko asalnya.

Toko golput
Dari semua kendala yang terjadi ataupun keberhasilan pemimpin yang terpilih dan kemenangan resmi sebuah toko bazar, pasti ada sebuah toko yang menyedot sebagian para penyewa ke dalam toko yang bernama toko golongan putih dan sengaja dipilih oleh sebagian para penyewa yang tenyata jika dihitung-hitung, toko golputlah yang menang dalam perhelatan bazar kemarin.
Toko ini tidak menyewakan para kucing, tapi hanya menyediakan sebuah tempat pelarian bagi para penyewa yang tidak percaya dengan para kucing ini dan juga toko-toko yang menjualnya. Ada juga para penyewa yang tidak sengaja ataupun terpaksa memilih toko golput ini karena carut-mautnya penyelenggara  dalam mengadakan acara bazar.
Namun, ada beberapa pertanyaan untuk dipertanyakan kepada mereka para penyewa yang sengaja memilih toko golput ini. Apakah toko golput yang mereka pilih akan memberikan perubahan nyata dalam memajukan kesejahteraan mereka? Apakah toko golput adalah solusi terbaik dalam memperbaiki pabrik lebih baik lagi?
Semua kembali di serahkan kepada mereka karena mereka mempunyai hak dan kewajiban sebagai penyewa. Tetapi, andai saja hak dan kewajiban ini berjalan dengan semestinya oleh semua pihak, maka perhelatan ini akan menjadi sebuah titik tolak kemajuan dari indahnya sebuah bazar demokrasi.

Senyuman Monalisa

  Oleh: Andika Sukandi “Masih tiga jam, dua puluh dua menit, tiga puluh lima detik lagi” ujarku sambil melihat jam tangan yang sedang k...