Oleh:
Andika Sukandi
Di akui oleh orang
lain adalah keinginan terdalam dari seorang individu.
Setiap manusia di seluruh dunia, mempunyai keinginan
untuk dikenal, diakui, dihargai dan dihormati keberadaannya oleh orang lain
selama hidupnya. Keinginan mereka, biasanya diwujudkan dengan berbagai macam
cara, seperti pencapaian prestasi akademik, olahraga, seni, musik, sastra
ataupun sampai membiarkan kehidupan pribadi sebagian dari mereka diekspos oleh media
infotainment. Ini dikarenakan, para individu ini menganut sebuah paham
eksistensialisme, yang berarti manusia yang bertanggung jawab atas kemaunnya
yang bebas tanpa mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak benar. (Alwi,
2003:288)
Para penganut eksistensialisme ini berlomba-lomba mendapatkan pengakuan
tersebut untuk menunjukan kepada sekitarnya bahwa individu ini pernah ada atau
selalu eksis di dunia ini. bahkan ada beberapa individu, namanya selalu eksis
sepanjang masa walaupun individu ini telah tiada.
Proses pengakuan ini tak hanya ada di dunia realita
saja, namun kini mulai merambat ke dunia lain. Dunia yang disebut dengan internet.
Sebuah dunia maya yang yang menyediakan restoran untuk para individu yang masih
lapar akan pengakuan. Laparnya para individu ini dapat memilih berbagai macam restoran
jaring sosial yang dapat mengenyangkan mereka. Seperti restoran friendster,
yahoo mesangger, youtube, twitter, blogger ataupun restoran yang sedang terkenal saat ini, yaitu
facebook.
Inilah sebuah dunia yang tepat dengan berbagai macam restoran
untuk para individu yang ingin mendapatkan sebuah hidangan pengakuan dari orang
lain yang biasanya tidak di dapatkan dan dirasakan kelezatannya di dunia nyata.
Ekstasi Narsisme
Keinginan untuk diakui oleh orang lain di dunia maya,
kini tak hanya untuk diakui saja, tetapi bermetafosa menjadi narsisme. Sebuah
istilah yang berarti cinta diri. Kata yang dibentuk berdasarkan Narcissus, seorang
tokoh mitologi Yunani, yang mati tenggelam karena terpukau pada pantulan
wajahnya sendiri. (Freud, 1983:143)
Itulah yang sedang terjadi di dalam dunia maya sekarang,
para individu yang tenggelam dengan sensasi situs yang menyediakan media untuk show off. Mulai dari mengupload
foto-foto, video, chatting, menceritakan aktifitas keseharian mereka ataupun
hanya menggambarkan perasaan mereka saat itu ke orang lain.
Kegiatan ini yang membuat para penganut Narcissus diselimuti
oleh ekstasi, yaitu sebuah analogi Baudrillard tentang menggambarkan kemabukan
yang melanda masyarakat kontemporer dalam berkomunikasi (Piliang, 2003:17). Ekstasi
narsisme inilah yang kini menjadi sebuah trend, ataupun juga telah menjadi
sebuah budaya. Budaya show off kepada penduduk dunia maya.
Namun, budaya yang dianut para penduduk dunia baru ini sangatlah
ironis, di satu sisi para individu ini sangat bersosialisasi di dunia maya,
namun disisi lain, mereka menjadi individualis di dunia nyata. Mereka bisa
berjam-jam saat online dan terkadang para individu ini tidak peduli dengan
sekeliling tempat dimana ia terhubung melalui laptop atau blackberry mereka.
Sampai-sampai para on liner ini
melantarkan kegiatan yang menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan mereka sesungguhnya.
Simbiosis mutualisme
Sikap bijaksana
yang tahu menentukan apa yang pada tempatnya atau tidak pada tempatnya,
dibutuhkan untuk para on liner di
dunia maya. Karena keharmonisan antar dua dunia ini harus tetaplah seimbang.
Jika para individu ini terlalu senang di dunia baru hanya untuk bernarsis ria, show off , lupa waktu dan tak sengaja
menjadi individualis, tentu saja akan merugikan dunia realitas mereka. Oleh karena
itulah, dua dunia ini harus menjadi simbiosis mutualisme, atau saling
menguntungkan.
Seperti halnya beberapa politisi saat ini yang
memanfaatkan dunia maya bukan hanya untuk eksis ataupun narsis saja, tetapi
mereka mempunyai misi untuk mendukung keinginannya di dunia nyata. mereka
menggunakan situs-situs jaringan sosial seperti facebook untuk memperkenalkan
diri, membeberkan misi dan visinya untuk menjaring suara di dunia maya.
Cara inilah yang mereka pilih untuk mendapatkan simpati,
karena sebagian penduduk di Indonesia
sedang eksis menjalani kehidupan di dunia maya. Keberhasilan cara ini telah
dibuktikan oleh presiden Amerika saat ini, yaitu Barrack Obama yang menjaring
masa dengan memanfaatkan teknologi ini untuk mendapatkan suara.
Eksisnya para individu ini di situs-situs jaring sosial
tersebut, membuat para pengelola situs mendapatkan keuntungan dari kunjungan para
penduduk dunia nyata yang selalu menikmati hidangan yang disajikan oleh
pengelola situs yang difasilitasi oleh dunia maya dan membuat dunia baru ini
menjadi sangat eksis di dunia nyata.
Simbiosis mutualisme
tersebut, telah menunjukan kepada kita bahwa dunia maya bukan hanya sebuah
tempat untuk diakui, ataupun untuk show
off, namun mempunyai berbagai macam manfaat untuk kehidupan nyata. Semua
itu tergantung para individu untuk memanfaatkan dan menggali potensi dari dunia
baru ini tanpa mengabaikan dunia realitas sebenarnya.