07 April 2010

Cara Mudah Menghapalkan Tenses Bahasa Inggris

Di jaman modern sekarang ini, segala sesuatunya telah menggunakan bahasa inggris. Mulai dari papan informasi, lamaran kerja, bahasa dalam komputer, pelajaran sekolah, mata kuliah, wawancara kerja, hingga bahasa pergaulan sehari-hari. Ini diKarenakan bahasa inggris adalah sebuah bahasa yang diakui sebagai bahasa universal dalam berkomunikasi antar manusia yang berlatar belakang berbeda bangsa, suku, ras, agama dll. Bahasa dunia ini telah menjadi jembatan dunia yang dapat memberikan makna yang dapat dimengerti oleh semua orang.
Anak balita yang belum bisa berbicara pun telah diajarkan bahasa inggris. Itu semua dilakukan oleh sebagian orang tua untuk mengenalkan lebih awal bahasa ini. jika dipikirkan sejenak, kita bisa berbahasa Indonesia bukan karena kita ikut kursus, tetapi ini dikarenakan bahasa Indonesia adalah bahasa ibu yang diajarkan semenjak kita dari balita. Karena itulah, sekarang ini bahasa ibu bukan hanya bahasa Indonesia, tetapi juga bahasa inggris yang diajarkan oleh sebagian para ibu kepada balitanya.
Dalam pergaulan antar teman, rekan kerja ataupun pun kepada atasan, kita juga menggunakan bahasa universal ini. Tetapi, saat berbica bahasa inggris, terkadang kita salah menempatkan kata atau salah menggunakan tenses (bentuk waktu) dan itu dapat merubah arti. Oleh karena itulah, untuk dapat berkomunikasi dengan baik antar sesama dengan menggunakan bahasa inggris, kita harus memperhatikan bentuk tenses.

Menganalisa Tenses
Sebagain orang bilang bahwa tenses layaknya rumus matematika dalam bahasa inggris. Untuk mengakali kesulitan ini, ada berbagai macam cara untuk menghapalkan dan memahami bagaimana cara penggunannya. Salah satu caranya adalah menganalisa terlebih dahulu nama-nama tenses tersebut.
Tenses bisa diartikan sebagai bentuk-bentuk waktu yang digunakan di dalam kalimat bahasa Inggris. Tenses dibagai menjadi empat jenis waktu. Yaitu Present Tense (sekarang), Past Tense (masa lalu), Future Tense (masa depan), dan Past future Tense (rencana di masa lalu).
Untuk mempermudah menggunakan tenses tersebut, dapat di gunakan terlebih dahulu bahasa Indonesia untuk membedakannya. Contohnya seperti Jika ingin mengungkapkan sebuah kalimat seperti:
o    Saat ini, saya pergi ke Bogor. (Kita gunakan Present Tense)
o    Saya pergi ke Bogor kemarin. (Kita gunakan Past Tense)
o    Saya akan pergi ke Bogor besok. (kita gunakan Future Tense)
o    Kemarin, saya mempunyai rencana pergi ke Bogor besok. (kita gunakan Past Future)

Present, Past, Future, dan Past Future dibagi lagi menjadi empat bagian, yaitu Simple (bentuk dasar), Continuous (sedang berlangsung), Perfect (telah/sudah), Perfect Continuous (kegiatan yang telah terjadi dan masih berlangsung).
Untuk membedakan arti empat bagian tersebut dalam present, past, future, dan past future tenses, dapat dijabarkan satu persatu terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan Present Tense dan empat bagian tersebut, yaitu:


1.    Present Tense
    Simple present
(menyatakan kegiatan rutinitas/sebuah pernyataan kebenaran mutlak)

    Present continous
(menyatakan kegiatan yang sedang berlangsung sekarang)

    Present perfect
(menyatakan kegiatan yang telah atau sudah dilakukan sekarang)

    Present perfect continous
(menekankan pada durasi pada sebuah kegiatan/kegiatan sudah selesai tetapi masing berlangsung sekarang)

Contoh kalimatnya seperti:

    Saya membaca setiap hari (simple present)
    Saya sedang membaca sekarang (present Continuous)
    Saya telah membaca (present Perfect)
    Saya telah membaca selama dua jam (present Perfect Continuous)

Contoh  kalimat saya membaca setiap hari, menyatakan bahwa kegiatan itu terjadi berulang-ulang atau kegiatan rutinitas. Penggunaan simple present juga menyatakan sebuah pernyataan kebenaraan mutlak. Contohnya seperti api itu panas. Bumi itu bulat.
Kemudian adalah kalimat saya sedang membaca sekarang ini, menunjukan bahwa kegiatan itu sedang terjadi saat ini atau sedang terjadi. Saya telah membaca menekankan pada kegiatan yang telah dilakukannya sekarang. Dan saya telah membaca selama dua jam, kalimat tersebut lebih menekankan durasi kegiatan tersebut. Saya telah membaca, tetapi saya masih membacanya dan telah berlangsung selama dua jam saat ini.
Jadi, Jika ingin bicara tentang kegiatan rutinitas atau mengukapkan pernyataan dan kebenaran mutlak menggunakan simple present, ingin bicara tentang kegiatan yang sedang terjadi saat ini menggunakan present continous. Ingin bicara tentang kegiatan yang telah terjadi sekarang menggunakan present perfect dan saat ini ingin membicarakan suatu kegiatan yang ingin menekankan pada durasi, dapat menggunakan perfect continuous.

2.    PAST TENSE
Past tense juga terbagi menjadi empat bagian, bagian-bagian tersebut adalah:

    Simple past
(meyatakan kegiatan yang tidak termasuk kegiatan sedang berlangsung, telah atau menekankan durasi)

    Past continous
(menyatakan kegiatan yang sedang berlangsung dimasa lalu)

    Past perfect
(menyatakan kegiatan yang telah berlangsung di masa lalu)


    Past perfect continous
(menyatakan kegiatan yang menekankan durasi di masa lalu)

Contoh kalimatnya seperti:
    Saya membaca kemarin
    Saya sedang membaca kemarin
    Saya telah membaca kemarin
    Saya telah membaca selama satu jam kemarin

Kalimat saya membaca kemarin, mengindikasikan kegiatan itu hanya sebuah pernyataan bahwa saya hanya membaca dan terjadi di masa lalu. Saya sedang membaca kemarin menceritakan bahwa saya sedang membaca sesuatu yang kejadiannya sedang terjadi di masa lalu.  Saya telah membaca kemarin menunjukan bahwa saya telah membaca dan telah selesai saat itu juga dan tidak berlanjut di masa sekarang. kalimat terakhir adalah saya telah membaca selama satu jam, menggambarkan bahwa saya telah membaca, tetapi saya masih membaca selama satu jam, yang terjadi di masa lalu dan selesai saat itu juga.
Jadi, jika ingin menyatakan kegiatan yang terjadi di masa lalu dan bukan sedang terjadi, telah atau sudah dapat menggunakan simple past. Ingin menyatakan kegiatan sedang berlangsung tetapi kejadiannya di masa lalu, dapat menggunakan past continuous, ingin bicara tentang kejadian yang menekankan kegiatan telah terjadi dan sudah selesai saat itu juga di masa lalu, dapat menggunakan past perfect, dan yang terakhir adalah jika ingin bicara tentang kegiatan yang menekankan durasi yang terjadi di masa lalu dan selesai saat itu juga, dapat digunakan past perfect continuous.

3.    FUTURE TENSE
Future tense terbagi juga menjadi empat bagian. Yaitu:

    Simple future
(menyatakan kegiatan yang bukan sedang berlangsung, telah, dan durasi di masa depan)

    Future continuous
(menyatakan kegiatan yang sedang berlangsung di masa depan)

    Future perfect
(menyatakan kegiatan yang telah terjadi di masa depan)

    Future perfect continuous
(menyatakan kegiatan yang menekankan durasi di masa depan)

Contohnya seperti:
    Saya akan membaca besok
    Saat kamu datang besok, Saya akan sedang membaca
    Saat kamu datang besok, saya akan telah membaca
    Saat kamu datang besok, saya akan telah membaca selama dua jam

Saya akan membaca besok hanya sebuah pernyataan bahwa saya akan membaca dan bukan menekankan kegiatan yang sedang terjadi, telah, ataupun durasi. Kalimat Saat kamu datang, saya merencanakan, saya akan sedang membaca esok harinya. Kalimat Saat kamu datang, saya telah merencanakan bahwa saya akan telah menyelesaikan membaca esok harinya. Dan saat kamu datang besok, saya telah berencana, bahwa saya akan telah membaca dan saya masih sedang membaca selama dua jam di esok harinya.
Jadi untuk ingin bicara kegiatan yang hanya menyatakan rencana kegiatan di masa depan, menggunakan simple future. Ingin bicara tentang rencana kegiatan yang akan sedang terjadi di masa depan dapat menggunakan future continuous. Untuk bicara rencana kegiatan yang akan telah terjadi di masa depan menggunakan future perfect. Dan jika ingin bicara tentang kegiatan yang menekankan durasi yang akan terjadi pada masa depan dapat menggunkan future perfect continous.
   
4.     PAST FUTURE TENSE
Past future tense juga terbagai menjadi empat bagian, yaitu:

    Simple past future
(menyatakan rencana di masa lalu yang bukan termasuk kegiatan sedang berlangsung, telah, sudah, atapun durasi di masa depan)

    Past future continous
(menyatakan rencana dimasa lalu yang akan sedang berlangsung di masa depan)

    Past future perfect
(menyatakan rencana dimasa lalu yang akan telah terjadi di masa depan)

    Past future perfect continous
(menyatakan rencana dimasa lalu yang menekankan durasi di masa depan)

Contohnya seperti:
    Kemarin, saya mempunyai rencana akan membaca saat kamu datang besok
    Kemarin, saya mempunyai rencana akan sedang membaca saat kamu datang besok
    Kemarin, saya mempunyai rencana akan telah membaca saat kamu datang besok
    Kemarin saya mempunyai rencana akan telah dan masih sedang membaca selama dua jam saat kamu datang besok.

Kalimat pertama hanya sebuah pernyataan bahwa di masa lalu saya mempunyai rencana untuk membaca di masa depan. Kalimat kedua dapat di analisa bahwa kemarin saya mempunyai rencana untuk melakukan kegiatan yang akan sedang terjadi di masa depan. Kalimat ketiga menggambarkan bahwa kemarin saya mempunyai rencana akan menyelesaikan sesuatu di masa depan. Kalimat terakhir menggambarkan bahwa kemarin saya mempunyai rencana untuk melakukan kegiatan yang menekankan suatu durasi selama dua jam di masa depan.
Bisa disimpulkan bahwa jika ingin membicarakan rencana di masa lalu yang akan terjadi di masa depan yang bukan termasuk, sedang, telah atau durasi, dapat menggunakan simple past future.  Untuk membicarakan sebuah rencana di masa lalu yang akan sedang terjadi di masa depan dapat menggunakan past future continuous. Ingin membicarakan rencana di masa lalu yang menekankan akan telah terjadi di masa depan dapat menggunakan past future perfect. terakhir adalah jika ingin membicarakan sebuah rencana di masa lalu yang menekankan kegiatan yang berdurasi dan akan terjadi di masa depan, dapat menggunakan past future perfect continuous.
Setelah menganalisa nama-nama tenses dan bagaimana cara menggunakannya, dapat dilanjutkan dengan menggunakan rumus tenses tersebut dan bagaimana mengaplikansikannya
Mengaplikasikan rumus
Dibawah ini adalah salah satu cara bagaimana menghapalkan tenses, yaitu dengan menggunakan kata-kata yang sama untuk menonjolkan perbedaan diantara 16 jenis tenses tersebut. pertama-tama dengan menjabarkan rumus-rumus tersebut di kalimat positif terlebih dahulu, Yaitu:

PRESENT
o    I write             (S + V1)
o    I am writing         (S + to be + V1 + -ing)
o    I have written         (S + Have/has + V3)
o    I have been writing     (S + have/has + Been + V1+ -ing)

Note :
Am     = I
Are     = you, we, they
Is     = she, he, it
Have    = I, you, we, they
Has     = she, he, it

PAST
Pembahasan selanjutnya adalah past tense. Penjabarannya terlihat dibawah ini:
o    I wrote             (S + V2)
o    I was writing        (S + was/were + V1+ -ing)
o    I had written                 (S + had + V3)
o    I had been writing        (S + had + been + V1 + -ing)

Note:
Was    = I ,she, he, it
Were    = you, we, they
Had      = I, you, we, they, she, he, it

FUTURE
Selanjutnya adalah future tense. Seperti yang dijabarkan di atas, akan diuraikan seperti terlihat di dibawah ini.
o    I will write             (S + will + V1)
o    I will be writing         (S + will + be + V1+ -ing)
o    I will have written        (S + will + have + V3)
o    I will have been written    (S+will + have + been + V1 + -ing)

Note: have digunakan untuk semua subjek, yaitu they, we, I, you, she, he, it.

PAST FUTURE
Pembahasan terakhir yang akan diuraikan adalah past future. Dibawah ini adalah urainnya.
o    I would write             (S + would + V1)
o    I would be writing             (S + Would + be + V1 + -ing)
o    I would have written         (S + would + have + V3)
o    I would have been writing     (S + would + have + been + V1 + -ing)

Note: have digunakan untuk semua subjek, yaitu they, we, I, you, she, he, it.

Setelah mengenal rumus-rumus tersebut, cobalah ganti subjek di atas dengan subjek yang lain. Lalu ganti juga kata kerja di atas dengan kata kerja lainnya dan lebih baik mencari kata kerja irregular verb karena untuk sekalian menghapalkan kata kerja yang tak beraturan. Seperti kata kerja pertama eat, menjadi ate di kata kerja ke dua, dan berubah lagi menjadi eaten di kata kerja ketiga.
Langkah selanjutnya, buatlah urutan seperti tertera di atas. Contohnya seperti:

Present
- You eat
- You are eating
- You have eaten
- You have been eating

Past
-
-
-
-

Future
-
-
-
-

Past Future
-
-
-
-

setelah hafal cara menggunakan rumus-rumus di kalimat positif, cobalah dengan kalimat bentuk negative dan question. Rumusnya adalah:

PRESENT
Simple present
( - )     (S + do/does + not + V1)
( ? )    (do/does + S + V1)

Present continous
( - )    (S + to be + not + V1 + -ing)
( ? )     (to be + S + V1 + -ing)

Present Perfect
( - )    (S + have/has + not + V3)
( ? )     (have/has + S + V3)


Present Perfect Continuous
( - )     (S + have/has + not + been + V1 + -ing)
( ? )     (have/has + S + been + V1 + -ing)

PAST
Simple Past
( - )     (S + did + not + V1)
( ? )     (did + S + V1)

Past Continuous
( - )     (S + was/were + not + V1 + -ing)
( ? )     (was/were + S + V1 + -ing)

past Perfect
( - )     (S + had + not + V3)
( ? )     (had + S + V3)

Past Perfect Continuous
( - )     (S + had + not + been + V1 + -ing)
( ? )     (had + S + been + V1 + -ing)

FUTURE
Simple Future
( - )     (S + wiil + not + V1)
( ? )     (will + S + V1)

future Continuous
( - )     (S + will + be + not + V1 + -ing)
( ? )     (will + S + be + V1 + -ing)

future Perfect
( - )     (S + will + have + not + V3)
( ? )     (will + have + S + V3)

future Perfect Continuous
( - )     (S + will + have + not + been + V1 + -ing)
( ? )     (will + S + have + been + V1 + -ing)

PAST FUTURE
Simple Past Future
( - )     (S + would + not + V1)
( ? )     (would + S + V1)

Past Future Continuous
( - )     (S + would + not + be + V1 + -ing)
( ? )     (would + S + be + V1 + -ing)

Past Future Perfect
( - )     (S + would + have + not + V3)
( ? )     (would + S + have + V3)


Past Future Perfect Continuous
( - )     (S + would + have + not + been + V1 + -ing)
( ? )     (would + S + have + been + V1 + -ing)

Setelah mengenal rumus negarif dan question di seluruh tenses, cobalah menggunakannya seperti tenses di kalimat positif. Contohnya seperti:

PRESENT
Simple Present
+     she eats
-       she doesn’t eat
?    does she eat

Note : jika subjeknya she, he, it, kata kerja ditambahkan  –s/es di dalam kalimat positif. Tetapi tidak ditambahkan di dalam kalimat negative dan question. Penambahan -s/-es hanya berlaku di kalimat simple present.

Present Continuous
+    she is eating
-    she is not eating
?    is she eating

present Perfect
+    she has eaten
-    she has not eaten
?    has she eaten

Present Perfect continuous
+    She has been eaten
-    She has not eaten
?    Has she eaten?
   
Past
Simple past
+    She ate
-    She didn’t eat
?    Did she eat?

Lakukan seterusnya ke future tense sampai ke past future tense. cobalah secara terus menerus dengan menggunakan kata kerja irregular yang lain. Tanpa disadari, kegiatan ini telah menghapalkan dua hal secara bersamaan. Yaitu menghapalkan tenses dan irregular verb.

Mengembangkan tenses
Tenses yang telah dikuasai dapat dikembangkan melalui berbagai hal. Salah satunya adalah menulis buku harian. Kegiatan ini melatih dan mengaplikasikan tenses dalam sebuah narasi. Memang, untuk memulai pertama kali itu sangat berat.  Maka, untuk pertama kalinya, cobalah dengan beberapa kalimat saja. Lakukan kegiatan ini pada malam hari, lalu ingat-ingat kembali apa yang terjadi dalam satu hari tersebut. Kemudian, cobalah masukan opini-opini atau buah pikiran kita dalam buku harian tersebut.
Coba baca kembali apa yang telah ditulis, perhatikan apakah tenses kalimat yang telah ditulis tepat atau tidak. Jika salah, perbaikilah kalimat tersebut dengan tenses yang benar. Dengan cara mengedit tulisan kita sendiri, secara tidak sadar saat ingin menulis kembali di esok harinya, secara tidak langsung kita lebih berhati-hati dalam menulis dan menggunakan tenses.
Setelah terbiasa melatihnya dengan menulis, mulailah berdialog dengan orang lain. Awalnya, mungkin akan terbata-bata dalam berbicara, karena masih berfikir tenses mana yang harus digunakan. Namun, jika dilatih terus menerus, kegagapan itu akan hilang dengan sendirinya.
Tetapi, Segalanya tak berarti jika tak mempunyai motivasi yang kuat ataupun keinginan tahu yang besar. Sehebat apapun sebuah teknik tak akan berarti jika tak mempunyai motivasi untuk melatih teknik tersebut. Karena motivasi untuk latihan dapat menyempurnakan apa yang ingin dipelajari dan hasil dari latihan tersebut akan mendapatkan tujuan yang diinginkan. Seperti kata pepatah, tetesan air yang secara terus menerus jatuh di tempat yang sama di sebuah batu, lambat laun batu itu akan bolong juga oleh tetesan air tersebut. Ini Seperti halnya ingin mempelajari sebuah ilmu, ilmu apapun akan kita dapat kuasai jika kita melatihnya terus menerus dan motivasi yang kuat.


DAFTAR PUSTAKA:

Azar, Betty Scrampfer. Understanding and Using English Grammar Second Edition. New Jersey: Prentice Hall Regents. 1989


Oleh: Andika Sukandi

06 April 2010

Contoh Menganalisa TA Literature


    Untuk mendapatkan judul yang menarik seperti yang telah disebutkan, tahap pertama dalam bimbingan adalah mahasiswa menentukan film atau novel apa yang akan dia inginkan untuk di analisa. Misalkan mahasiswa/i akan menganalisa film dan Judul film itu adalah spiderman 1
    Setelah mendapatkan film atau novel yang akan dianalisa. Biarkan mahasiswa mencari salah satu aspek yang menarik dan menonjol yang tergambar dalam novel atau film dari berbagai sudut pandangnya.
Andaikan mereka lebih tertarik menganalisa tokoh. Tanyakan kepada mereka, dari segi mana mereka akan menganalisa tokoh. Karena tokoh dalam karya sastra biasanya disajikan dalam beberapa dimensi, yaitu dimensi fisiologis, dimensi sosiologis dan dimensi psikologis

a. Dimensi Fisiologis
    Dimensi fisiologis yaitu ciri-ciri fisik sang tokoh: jenis kelamin, umur, keadaan tubuh atau tampang, ciri-ciri tubuh, raut muka dan sebagainya. Selain itu termasuk pula pakaian dan segala perlengkapan yang dikenakan oleh sang tokoh: sepatu, topi, jam tangan, tas, perhiasan dan sebagainya.   
contoh:
    Penulis akan membahas dimensi fisiologis dari tokoh peter parker dalam film Spiderman. Peter Parker memakai kaca mata yang cukup tebal dan dibalik kacamata tersebut, tersebunyilah mata Peter Parker yang berwarna biru. Penjabaran dimensi fisikologis Peter Parker terekam dalam adegan dibawah ini.

Marry Jane: “Hey, you have blue eyes. I didn’t notice without your glasses.”

(00:22:20)

Contoh:
    Penulis akan membahas dimensi fisiologis dari tokoh Robert Langdon dalam Novel The Da Vinci Code. Tokoh Langdon mempunyai rahang yang kuat dan dagunya terbelah. Langdon juga telah memiliki uban disekitar pelipisnya. “A dark stubble was shrouding his strong jaw and dimpled chin. Around his temples, the gray highlights were advancing, making their way deeper into his ticket of coarse black hair.” (Page: 6)

Contoh Judul:
Despising in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”

    Tokoh Peter Parker mempunyai tubuh yang sedikit kurus, kecil, berkacamata dan rambutnya belah pinggir. Dengan penampilannya seperti itu adalah penampilan ciri khas kutu buku. Dan di Amerika, penampilan kutu buku di dilecehkan oleh sebagian orang Amerika.
    Penulis akan memulai menganalisa adegan yang menunjukan tokoh lain yang memandang rendah atau menganggap hina terhadap tokoh Peter Parker karena diangap sebagai kutu buku dan terekam pada adegan dibawah ini saat Peter mengejar bis sekolah dan menggedor-gedor bis untuk berhenti.

Peter: “Hey! Stop the bus! Stop! Hey! Stop the bus!”  
(00:03:46)

    Dilihat dari adegan di atas, terlihat sangat jelas, tokoh Peter Parker di pandang rendah atau dianggap hina oleh orang lain. Di adegan itulah Peter ditertawakan oleh tokoh yang berperawakan gendut. Tokoh ini memandang rendah dengan mentertawakan peter yang sedang mengejar bis dengan hanya melihatnya sambil memakan hamburger di tangannnya. Tokoh ini tahu jika Peter ingin menaiki bus dengan mengedor-gedor bis, namun tokoh ini tidak memperdulikan Peter dan tidak meminta supir bis untuk berhenti.
Tidak hanya tokoh yang berparawakan gendut ini yang memperlakukan Peter, tetapi juga supir bus sekolah yang memperlakukan Peter tidak manusiawi. Perlakuan tokoh ini, bisa dilihat saat ia mengetahui bahwa Peter telah menggedor-gedor bis namun supir bus tetap saja melaju. Perlakukan yang tidak semestinya juga terlihat dari ekspresi wajah supir itu. Wajah tokoh itu menggambarkan senyuman yang merendahkan kepada tokoh Peter.
b.  Dimensi Sosial
    Dimensi sosiologis yakni unsur-unsur status sosial, pekerjaan, jabatan, peranan dalam masyarakat, pendidikan, kehidupan pribadi dan keluarga, pandangan hidup, agama dan kepercayaan, ideologi, aktivitas sosial, organisasi, kegemaran,     keturunan, dan lain-lain.
Contoh:
    Penulis akan membahas dimensi sosial dari tokoh Robert Langdon. Tokoh Langdon  adalah seorang penulis buku yang menuliskan tentang simbologi agama. “Our guest tonight needs no introduction. He is the author of numerous books: The Symbology of Secret Sects, The An of the Illuminati, The Lost Language of Ideograms, and when I say he wrote     the book on Religious iconology, I mean that quite literally. Many of you use his textbooks in class.” (Page: 6)

Contoh Judul:
    Knowledge of Main Character that Moving Plot in Novel “Da Vinci Code” written by “Dan Brown”

    Pengetahuan yang dimiliki oleh tokoh Robert Landon, ternyata mempengaruhi jalannya plot dalam novel The Da Vinci Code. Hal itu bisa terlihat saat agen kepolisian judisial yang bernama Collet yang meminta Langdon membantu kepolisian dalam sebuah kasus pembunuhan. “My capitaine requires your expertise in a private mater” (page: 8)

c. Dimensi Psikologis
    Dimensi psikologis yaitu: mentalitas, norma-norma moral yang di pakai, temperamen, perasaan-perasaan dan keinginan pribadi, sikap dan watak, kecerdasan, IQ (intelligence quotient), keahlian, kecakapan khusus, dan lain-lain

Contoh:
    Penulis akan membahas dimensi psikologis tokoh Langdon. Tokoh ini mempunyai masalah dengan psikologisnya, yaitu ia mempunyai trauma masa kecil dan masih menghantuinya sampai ia dewasa. Trauma yang dimilki oleh Langdon adalah ia fobia dengan ruangan tertutup. “As a boy, Langdon had fallen down an abandoned well shaft and almost died treading water in the narrow space for hours  before being rescued.” (page: 20)      

Contoh Judul:
Motivation in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”
  
    Ada berbagai macam motivasi yang terlihat dari berbagai tokoh yang ada di film ini dan penulis akan memulainya dari tokoh Peter Parker. Motivasi tokoh Peter terungkap saat ia bertemu Marry Jane di belakang rumah mereka dan Peter mengutarakan motivasinya.

Peter: “I want to move into the city and hopefully, get a job as a photographer, work my way through college”

(00:29:40)

    Di adegan itu, terungkap juga cita-cita tokoh Marry Jane saat ditanyakan oleh Peter Parker

Marry Jane: “Headed for the city too. Can’t wait to get out of here and I wanna at on stage”

(00:30:22)

    Adegan disini terlihat, keinginan tokoh Marry yang ingin keluar dari rumah dan hidup di kota, karena ia selalu bertengkar dengan ayahnya. Di adegan itu juga, terlihat sebuah motivasi dalam hidup Marry Jane yang ingin menjadi actor.
Tokoh juga dapat dibagi menjadi beberapa kriteria Berdasarkan kuantitas, fungsi penampilan, perwatakan,perkembangan watak dan pencerminan tokoh cerita.

1. Berdasarkan kuantitas
    Tokoh dapat dibedakan ke dalam tokoh sentral dan tokoh figuran.

Tokoh Sentral
    Tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

Contoh:
Peter parker dalam Film Spiderman atau Robert Langdon dalam novel The Da Vinci Code.

Contoh Judul:
    Secret Admirer in Movie Spiderman Directed by “Sam Raimi”
    Pengagum rahasia dalam film ini adalah Peter Parker. Dia mengagumi tokoh Marry Jane dari kecil. Hal itu terungkap dengan jelas saat ia mengikuti Marry Jane dari belakang, namun ia tidak berani untuk bicara kepadanya dan juga mendekatinya. Dia hanya hanya bisa bicara kepada dirinya sendiri sambil melihat Marry Jane dari jauh. Adegan itu tergambar dibawah ini:

Peter: “Hi, M.J. I don’t know if you realize this, but we’ve been neighbors since I was 6 and I was wondering if we could get together sometime. Do something fun?”

(00:20:11)

    Kekaguman terhadap Mary Jane yang dirahasiakan oleh Peter, terlihat juga pada adegan dibawah ini saat ia  bernarasi tentang Mary Jane pada awal pembuka cerita.

Peter: “This like any story worth telling. Its about girl. That girl next door. Marry Jane Watson. The woman I’ve loved since before I liked girl.”

    (00:03:32)
b. Tokoh Figuran (Peripheral Character)
Tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita.

Contoh:
Ben Parker dalam film spiderman.

Contoh Judul:
Peripheral Character in the Eye of Decontruction in Movie “Spiderman” directed by “Sam Raimi”

    Tokoh figuran dalam teori intrinsik, terkadang tidak terlalu penting dalam jalannya sebuah cerita. Namun, dalam kacamata teori dekontruksi, tokoh-tokoh ini mempunyai andil cukup besar dalam jalannya sebuah cerita. karena kehadirannya sangat diperlukan dalam menunjang jalan cerita atau mendukung perwatakaan tokoh utama. Hal ini bisa terlihat dari tokoh Aunt May yang tidak sentral kedudukannya dalam cerita, tetapi dalam teori dekontruksi, dialah kunci berkembangnya karakter tokoh utama yaitu Peter Parker. Hal itu, bisa dilihat dalam adegan berikut ini.

Peter: “I can’t help thinking about the last thing I said to him. He tried to tell me something important and I threw it in his face”
Aunt May: “You love him. And he love you. He never doubted the man you’d grow into. How you were meant for great things. You won’t disappoint him.”
(00:53:40)
    Dari sinilah tokoh utama diyakinkan oleh tokoh figuran bahwa ia tercipta untuk sesuatu yang besar dan dari sinilah ia mulai memantapkan keputusannya untuk memanfaatkan kekuatannya untuk kebaikan dan motivasi ini juga di dorong oleh kata-kata bijak dari tokoh figuran lain, yaitu pamannya, Ben Parker. Hal ini bisa di-  
lihat dalam adegan dibawah ini saat Peter dinasehati oleh pamannya.  
  
Ben Parker: “Remember,with great power comes great responsibility”

(00:35:49)

    Walaupun tokoh Ben hanya tokoh figuran, namun tokoh in dapat merubah perwatakan tokoh utama mempunyai motivasi dalam hidupnya, yaitu menggunakan kekuatannya menolong yang lemah, dan tokoh Peter merealisasikannya dengan menciptakan tokoh Spiderman.

2. Tokoh Berdasarkan Fungsi Penampilan
    Tokoh dalam kriteria ini dapat dibedakan ke dalam tokoh protagonist dan tokoh antagonist.

a. Tokoh Protagonist
    Tokoh yang dikagumi dan merupakan cerminan dari norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita.  
Contoh:
Robert Langdon dalam novel The Da Vinci Code

Contoh Judul:
Discretion in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”

Diskresi atau sikap bijaksana yang tahu menentukan apa yang dapat diceritakan atau apa yang harus dirahasiakan terdapat dalam tokoh Peter Parker ata Spiderman. Tokoh ini tidak menceritakan kepada Harry, sahabatnya, bahwa Ayahnya adalah Green Goblin dan dia meninggal karena mesin terbangnya sendiri, bukan di bunuh oleh Spiderman. Diskresi peter disebabkan oleh ayah Harry yang berpesan kepada peter untuk tidak menceritakan rahasia ini kepada anaknya.

    Norman: “Peter, don’t tell Harry.”
(01:49:30)

Walaupun begitu, sikap diskresi Peter yang tidak menceritakan rahasia tentang ayah Harry, membuat peter atau Spiderman dibenci oleh Harry. Kebencian itu dikarenakan, Harry menganggap Spiderman telah membunuh ayahnya saat dia melihat Spiderman disamping ayah Harry yang terbaring kaku di sofa.

    Harry: “What you Have you Done?”
(01:50:06)
    Kebencian Harry terhadap Spiderman terlihat kembali saat dia menguburkan ayahnya. Kebencian itu ia utarakan kepada Peter dan memunculkan perang batin dalam hati Peter. Namun, Peter tetap menyimpan rahasia tentang Ayah Harry.
Harry: “I didn’t lose him. He was stolen from me. I swear on my father’s grave, Spiderman will pay”
(01:50:56)
b. Tokoh Antagonist
Tokoh antagonist adalah tokoh yang menjadi penyebab terjadinya konflik.

Contoh:
Tokoh Silas dalam The Da Vinci Code.
Contoh judul:
Skizofrenia of Antagonist Character in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Rami”
    Kepribadian ganda atau skizofrenia, terdapat dalam tokoh Norman Osborn. Kepribadian Norman terpecah saat ia menjadi kelinci percobaan dari penelitianya sendiri.

    Norman: “Sometimes you got to do things your self”
(00:15:26)

    Setelah mencoba hasil penelitianya, ia mulai berubah menjadi liar dan membunuh temannya sendiri. Osborne mulai mengetahui bahwa ia mempunyai kepribadia lain yang hidup dalam dirinya saat ia berbicara dengan dirinya sendiri di depan cermin.

Osborne : “I don’t understand?”
Goblin   : “Did you think it was coincidence, so many good things, all happen for you. All for you Norman.
    osborne  : “ What do you want?”
    Goblin    : “To do what you can’t. to remove those in your way.”

(01:13:01)

    Dengan percakaan yang tidak lazim ini, menjelaskan psikologi diri osborn, ia tidak bisa mengutarakan keiginan terdalam dari dirinya yang tidak dapat ia raih, namun dengan kepribadian yang lain, ia bisa dengan mudah meraihnya, diluar dari karakter dasarnya.

3.  Berdasarkan Perwatakannya
    Tokoh cerita dalam kriteria ini dapat dibedakan dalam tokoh sederhana (flat character) dan tokoh bulat (round character)
a.    Tokoh Sederhana
Tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat watak yang tertentu saja.
Contoh:
Sifat arogan tokoh Bezu Fache dalam novel The Da Vinci Code

Contoh Judul:
Wisdom Words in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”

    Kata-kata bijaksana terukir dalam beberapa tokoh dalam film ini, salah satunya adalah  tokoh Ben Parker. Sifat itu terlihat saat memberikan nasehat kepada Parker yang mulai berubah di dalam diri keponakannya.  

Ben Parker: “Remember,with great power comes great responsibility”

     (00:35:49)

    Kata-kata bijak juga terukir dalam tokoh Aunt May. Tokoh ini terlihat sangat bijaksana saat ia menenangkan keponakannya yang sedang sedih dalam kamarnya.
Peter: “I can’t help thinking about the last thing I said to him. He tried to tell me something important and I threw it in his face”
aunt may: “You love him. And he love you. He never doubted the man you’d grow into. How you were meant for great things. You won’t disappoint him.”
(00:53:40)

b.Tokoh Bulat
    Tokoh yang memiliki dan diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati dirinya. Salah satu contohnya adalah tokoh Robert Langdon sebagai professor yang memakai jam tangan Mickey Mouse dan mempunyai fobia dengan ruangan sempit.

Contoh Judul:
Catharsis in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”
    Katarsis atau pelepasan emosi yang membuat seseorang lega, terdapat dalam beberapa tokoh yang ada di film ini, salah satunya adalah tokoh Peter. Walaupun ia mempunyai sifat yang baik, namun disisi yang lain ia mempunyai sifat membalas dendam. Sisi kepribadian Peter yang lain terungkap dalam adegan dibawah ini.  

Man : “You could’ve taken that guy apart. Now he’ll get away with my money”
    peter: “I missed the part where that my problem”

(00:42:51)

    Adegan di atas menceritakan peter yang membiarkan kabur orang yang merampok uang dari pemilik klub. Peter membiarkan perampok itu kabur dikarenakan peter hanya dibayar seratus dollar oleh pemilik klub, bukannya tiga ribu dollar yang telah dijanjikan olehnya. Dan ia membalasnya dengan kata-kata “I missed the part where that my problem”. Kata-kata itu adalah kata-kata yang di ucapkan oleh pemilik klub saat Peter protes karena hanya dibayar seratus dollar dan Katarsis yang di lakukan oleh Peter membuatnya senang dan terlihat dengan jelas dari ekspresi wajah Peter yang tersenyum lega karena telah melepaskan emosinya.

4.   Berdasarkan perkembangan watak
Tokoh dalam kriteria ini dapat dibedakan dalam tokoh statis dan tokoh berkembang

a.    Tokoh statis
Tokoh cerita yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan perwatakan sebagai akibat adanya peristiwa-peristiwa yang terjadi.

Contoh:
Sifat tokoh Aunt May yang bijaksana yang tidak berubah dari awal cerita sampai akhir cerita.

Contoh Judul:
Narcissism in Movie “The Talented Mr. Ripley” Directed by “Anthony Minghella”

b. Tokoh Berkembang
    Tokoh cerita yang mengalami perubahan dan perkembangan perwatakan sejalan dengan perkembangan peristiwa dan plot yang dikisahkan.
Contoh:   
Tokoh Sophie Neveu yang diawal cerita masih marah dengan kakeknya, namun ditengah cerita ia memaafkan kakeknya walupu dia telah tiada.

Contoh judul:
Evolution in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”

Evolusi dalam film ini terdapat dalam tokoh Peter Parker. Tokoh Peter berubah karena ia digigit oleh laba-laba yang mempunyai gen super. Setelah ia digigit, ia merasakan demam yang tinggi. Setelah itu, ia merasakan perubahan dalam bentuk tubuhnya.

    Aunt may: “Are you all right?”
    peter: ”I’m fine”
    aunt may: ”Any better this morning?”
    Peter: “Change? Yup, big change.”
(00:18:31)

5.   Berdasarkan kemungkinan pencerminan  tokoh cerita terhadap (sekelompok) manusia dari kehidupan nyata.

    Tokoh cerita dalam kriteria ini dapat dibedakan ke dalam tokoh tipikal (typical character) dan tokoh netral (neutral character)
a.    Tokoh Tipikal
    Tokoh yang hanya sedikit ditampilkan keadaan individualitasnya, dan lebih banyak di tonjolkan kualitas pekerjaan atau kebangsaannya.

Contoh:
Tokoh Bezu Fache yang menjadi agen kepolisian judisial yang arogan.

Contoh Judul:
Hypocrite Character in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”

Karakter yang mempunyai sifat munafik atau hyprocrite, tedapat dalam tokoh Jameson, yaitu pemimpin redaksi daily buggle. Sifatnya yang munafik terlihat saat dia melihat hasil photo Peter yang di inginkannya dan terlihat sangat jelas dari ekspresi wajahnya. Namun ia mengatakan kepada Peter bahwa hasil photonya jelek. Ia menawarkan hasil photo Peter dengan harga dua ratus dollar, namun Peter menolaknya dan disuruh diberikian ke penerbit lain.

Jameson: “They are crap! Crap! Crap! Mega crap! I’ll  give you $200”
    peter: “That seems a little low”
    Jameson: “Take them somewhere else”
(01:01:22)

Kemufikan tokoh ini terlihat kembali saat saat peter ingin keluar dari ruangan, tokoh ini memanggil lagi dan memberikannya tiga ratus dollar.

    Jameson: “Sit down! Give me that. I’ll give you $300. That’s the standard fee.”

(01:01:40)
b. Tokoh Netral
    Tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner yang hanya hidup dan bereksistensi dalam dunia fiksi. Contoh dari tokoh ini adalah tokoh sophie neveu yang diceritakan sebagai keturunan langsung dari Yesus.

Contoh judul:
Heroism in Movie “Spiderman” Directed by “Sa Raimi”

    Kepahlawanan dalam film ini tercitra dalam tokoh Peter Parker atau Spiderman. Parker menyadari kekuatan yang ada pada dirinya dan mulai membantu orang-orang dengan menangkap pencuri atau juga membantu anak kecil yang terperangkap dalam kebakaraan.

     A Woman : “Somebody save my baby! Save my baby please!”

(01:22:28)

UNSUR ALUR
Alur dalam kriteria ini terdapat beberapa unsur, yaitu:
    1. Konflik
    2. Foreshadowing
    3. Discovery
    4. Chance and Coincidence
    5. Suspense
    6. Surprise

1. Konflik
    Konflik adalah perselisihan antar lakuan, gagasan, nafsu dan kehendak. konflik dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Man Against Man
Pertentangan antara manusia dengan manusia.
Contoh:  
    Konflik antara Robert Langdon dengan Bezu Fache, Langdon dengan Silas dalam novel The Da Vinci Code.

Contoh judul:
Rivalry between Protagonist and Antagonist Character in Movie “

b. Man Against Environment.
Pertentangan antar manusia dengan lingkungan.

Contoh:
konflik antara para tokoh dengan kematian dalam film Final Destination

Contoh Judul:
Struggle of Main Character in Movie “Final Destination” Directed by “James Wong”

c. Man Against Himself
Pertentangan antar manusia dengan dirinya sendiri.

Contoh:
Perang batin tokoh Michale dalam film The Reader
  
Contoh Judul:
Dilemma in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”

2. Foreshadowing
    Foreshadowing merupakan unsur yang dipergunakan pengarang untuk mempersiapkan pembaca atau penonton menghadapi peristiwa yang akan datang. dengan menyisipkan tanda-tanda atau petunjuk pada awal cerita maka pengarang dapat membuat kejadian-kejadian selanjutnya dapat dipercaya. Contohnya pada film spiderman. Di awal cerita film itu, pengarang menceritakan tentang lab penelitian tentang penggabungan beberapa DNA laba-laba menjadi laba-laba jenis baru yang mempunyai kekuatan super. Penjabaran ini dimaksudkan untuk mempersiapkan pembaca bahwa kekuatan yang dimiliki oleh spiderman adalah hasil rekayasa genetika.

Contoh Judul:
The Analysis of Foreshadowing in Novel “The Da Vinci Code” Written by “Dan Brown”

3. Discovery
Diketahuinya sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. istilah ini ditunjukan bagi kejadian yang sangat penting yang dapat membangun jalan ceritanya.

Contoh:
Diketahuinya tokoh Jacques Sauniere sebagai anggota perkumpulan rahasia yang bernama Biarawan Sion dalam novel The Da Vinci Code. Dari sinilah cerita ini berkembang.

Contoh judul:
Aspect of Discovery that Influence Plot in Novel “Angel and Demon” Written by “Dan Brown”

Coincidence
Coincidence disebut juga kebetulan berganda.
contoh:
Seorang pemuda yang pulang dari pesta dalam keadaan mabuk menabrak dari belakang mobil seseorang gadis. Apabila kemudian diketahui bahwa meeka itu adalah dua bersaudara yang terpisah.
  
Contoh Judul:
The Analysis of Coincidence in Movie “Serendipity” Directed by “Peter Chelsom”

5. Suspense
    Keadaan dalam suatu cerita dimana pembaca atau penonton selalu ingin tahu bagaimana kejadian selanjutnya atau penonton selalu ingin tahu bagaimana kejadian selanjutnya atau bagaimana penyelesaian peristiwa terjadi sehinga menimbulkan minat yang kuat untuk mengikuti jalan cerita selanjutnya. Contoh dari suspense terlihat    saat Jacques Sauniere sekarat, ia membuat dirinya telanjang dan telentang seperti manusia Vitruvian dan dadanya dilukis gambar pentakel. Di saping tubhnya juga terdapat tulisan yang menggunakan invisible ink yang mempunyai kode rahasia. Pengarang menciptakan suspense ini untuk menarik perhatian pembaca untuk mengikuti cerita lebih lanjut, mengapa Sauniere bertindak seperti itu.
  
Contoh Judul:
Suspense Analysis in Novel “The Da Vinci Code” Written by “Dan Brown”

6. Surprise
    Merupakan akhir dari suatu suspense yang biasanya jauh dari apa yang diduga oleh para penonton atau pembaca.

Contoh:
Kejutan dalam novel The Da Vinci Code terungkap saat Langdon mengetahui bahwa Sophie adalah keturunan langsung dari Yesus dan kejutan lain adalah holy grail ternyata tersimpan dalam museum Louvre.

Contoh Judul:
 Aspect of Surprise in Novel “The Da Vinci Code” Written by “Dan Brown”

LATAR
Latar dalam sebuah karya fiksi adalah penggerak terbentuknya karakter tokoh yang dapat mempengaruhi tingkah laku, aktivitas dan cara berfikir para tokohnya. Latar juga merupakan latar belakang dari kehidupan tokohnya pada masa itu, dan begitu juga kita dapat mengetahui dimana, kapan, dan lingkungan seperti apa tokoh tersebut hidup.

1. Tipe Latar
    Latar dapat dibedakan menjadi tiga tipe pokok, yaitu:
    a. Latar Netral
    b. Latar Spiritual
    c. Latar Tipikal

a.     Latar Netral
    Latar yang hanya sekedar latar, berhubung sebuah cerita memang membutuhkan sebuah landasan tumpu, atau tepat berpijak. Sebuah nama tempat yang disebutkan hanya sekedar sebagai nama tempat yang terjadinya suatu peristiwa. Jika nama tempat itu diganti tidak akan mempengaruhi alur dan penokohannya.

Contoh:
Saat dua tokoh bertemu deket pohon. Jika pohon itu diganti dengan dekat tembok, tidak akan berpengaruh dalam alur dan penokohan dalam cerita.

b. Latar Spiritual
    Latar spiritual adalah nilai-nilai yang melingkupi dan dimiliki oleh sebuah latar fisik. hal ini berkaitan dengan tata cara adat istiadat kepercayaan dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan.

Contoh:
Latar dalam film Last Samurai


c. Latar Tipikal
    Latar yang bersifat menonjolkan sifat khas dari latar tertentu baik yang menyangkut unsur tempat, waktu, maupun sosial.

Contoh:  
Latar dalam The Da Vinci Code.

2. Unsur Latar
Latar dapat dibedakan menjadi tiga unsur pokok, yaitu:
    a. Latar tempat
    b. Latar waktu
    c. Latar Sosial

a. Latar Tempat
    Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu atau mungkin lokasi tertentu tanpa nama nama jelas.
Contoh:  
Latar desa bangka belitung dalam film Laskar Pelangi.
  
Contoh Judul:
Place Setting that Influence Plot in Novel “Angel and Demon” written by “Dan Brown”

b. Latar Waktu
    Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah kaya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah.

Contoh:  
Latar waktu dalam film Back to the Future

Contoh Judul:  
The Analysis of Chronological Story in Novel “The Time Traveler’s Wife” Written by “Audrey Niffenegger”

c. Latar Sosial
    Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan prilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, dan lain-lain. Latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Contoh:
Babeh, atau bapanya si Doel yang selalu ngomong ceplas ceplos. Ini dikarenakan latar sosial tokoh itu adalah orang Betawi.

Contoh judul:  
Poverty that Effect Characterization in “Movie Slum Dog Millionaire” Directed by “Danny Boyle”

Simbol
    Secara umum simbol berarti sesuatu yang mempunyai makna lebih dari makna harafiahnya. simbol dapat berupa benda manusia, keadaan, atau perbuatan yang mempunyai makna harafiah dalam sesuatu cerita, tetapi juga memberi arti yang lebih dalam dan lebih jauh dari itu.



Contoh:
    Jempol tangan. Secara harafiah, jempol tangan hanyalah salah satu bagian dari jari manusia. Namun, jempol juga mempunyai arti yang lebih dari itu, bisa berarti bagus juga menghadap ke atas atau berarti jelek jika mengarah ke bawah.

Contoh judul
Symbology in Novel “Angel and Demon” written by “Dan Brown”
  
Ironi
    Ironi adalah sesuatu yang mempunyai serangkain arti yang saling bertentangan, tidak cocok, kontras bahkan masing-masing arti itu dapat saling mengejek.
    Dalam karya sastra dibagi menjadi tiga macam ironi, yaitu verbal ironi, dramatic Irony, dan situational irony.

a. Verbal Irony
Kata atau frase yang mempunyai dua arti yang kontras.

contoh:
    A: “Udah lama nunggunya?”
    B: “Baru aja aku nyampe!!”

    Note: Padahal udah nunggu selama satu jam setengah.

b. Dramatic Irony
    Pengertian yang berbeda antara apa yang diketahui atau diucapkan atau difikirkan oleh seseorang tokoh cerita dengan apa yang diketahui pembaca

Contoh:
    Penonton sudah tahu kalau juliet belum mati, namun romeo berfikiran sebaliknya, kalau juliet telah mati.

c. Irony of Situation
    Terjadi suatu pertentangan antara penampilan dengan yang seharusnya, atau antara harapan dan kenyataan yang terjadi, atau atas apa yang terlihat dan apa yang seharusnya.

Contoh:
    Saat pembunuh memberondong presiden dengan peluru, namun setiap peluru itu tidak mengenai presiden. Tapi, ada satu peluru mengenai mobil presiden dan peluru itu memantul mengenai dada presiden. Seharusnya mobil itu melindungi, namun ternyata mobil itu malah bertanggung jawab karena membuat presiden tertembak. 

Contoh Judul:
Irony in Movie “Spiderman” Written by “Sam Raimi”

Language
    Language is the way a writer chooses words, arrange them in sentences, and exploits them to show their significance

Contoh Judul:
Sarcasm in Movie ”Dodgeball” Directed by “Rawson Marshall Thurber”

Style
    Style is the verbal identity of a writer, it conveys their unique ways seeing the world

Contoh Judul:
Hyperbole in Movie “Romeo and Juliet” Directed by “Steven Spielberg”


TEMA
Tema adalah gagasan yang mendasari karya sastra. Tema itu kadang-kadang didukung oleh penulisan latar, di dalam karya yang lain tersirat di dalam lakuan tokoh, atau di dalam penokohan. Tema bahkan menjadi faktor yang mengikat perisrtiwa-peristiwa di dalam satu alur.

Penggolongan Tema
Tema dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu penggolonngan dikhotomis yang bersifat tema tradisional dan nontradisional, penggolongan dilihat dari tingkat pengalaman jiwa menurut Shipley, dan penggolongan dari tingkat keutamaannya.
1.    Tema Tradisional dan Non Tradisional
a. Tema Tradisional
Sebuah tema yang selalu ada kaitannya dengan masalah kebenaran dan kejahatan.

Contoh:
tema ini terdapat dalam film Die Hard yaitu antara polisi dengan para pejahat.

Contoh Judul:
Humanism versus Kriminalism in Movie “Die Hard” Directed by “John McTiernan”

b. Tema Non Tradisional
    Tema sebuah karya yang mengangkat sesuatu yang tidak lazim, tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan, bahkan boleh jadi mengesalkan, mengecewakan, atau berbagai reaksi afektif yang lain.

Contoh:
Tema ini terdapat dalam film The Da Vinci Code dan film The Matrix

Contoh Judul:
Symbology of Religion in Novel “The Da vinci code” written by “Dan Brown”

2. Tingkatan Tema Menurut Shipley
    Shipley membedakan tema-tema karya sastra kedalam lima tingkatan, yaitu tema tingkat fisik, organik, sosial, egoik, dan devine.

a. Tema tingkat Fisik
    Tema karya sastra yang lebih menunjukan oleh banyaknya aktifitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang yang bersangkutan. Unsur latar dalam novel dengan penonjolan tema tingkat ini mendapatkan penekanan.

Contoh:
Tema ini terdapat dalam film-film yang dibintangi oleh Jackie Chan

Contoh Judul:
Superiority of Main Character in Movie “Bourne Identity” Directed by “Doug Liman”

b. Tema Tingkat Organik
    Tema karya sastra tingkat ini lebih menekankan kehidupan seksual manusia, khususnya kehidupan seksual yang bersifat menyimpang, misalnya berupa penyelewengan dan penghianatan suami-istri, atau skandal-skandal seksual yang lain.

Contoh:
Tema ini terdapat dalam film The Reader. Disini digambarkan skandal seksual antara wanita dewasa dengan anak masih berusia 15 tahun



Contoh Judul:
    Pedophilia of Main Character in Novel “Lolita” Written by “Vladimir Nabakov”

c. Tema Tingkat Sosial
    Tema karya sastra tingkat ini lebih menekankan kehidupan bermasyarakat, khususnya masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propoganda, hubungan atas-bawahan, dan berbagai masalah dan masalah hunbungan sosial lainnya.

Contoh:
Tema ini terdapat dalam film Slum Dog Milionarre yang menjabarkan kemiskinan.

Contoh Judul:
Conspiracy in Movie “Enemy of The States” Directed by “Tonny Scott”

d. Tema Tingkat Egoik
    Tema karya sastra tingkat ini lebih menekankan masalah-masalah individuliatas. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri, atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan. Masalah individualitas biasanya menunjukan jati diri, citra diri, atau sosok kepribadian seseorang.

Contoh:
Ke esentrikan tokoh Ace dalam film Ace Ventura

Contoh Judul:
    Methodology of Reading and Writing in Movie “The Reader” Directed by “Stephen Daldry”

e. Tema Tingkat Devine
    Tema tingkat ini lebih menekankan masalah hubungan manusia dengan Sang pencipta, masalah religiositas, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi dan keyakinan.

Contoh:
    Tema ini terdapat dalam novel The Da Vinci Code, salah satunya terdapat dalam tokoh Silas yang menyiksa dirinya sendiri dengan tujuan ingin merasakan penderitaan yang dialami oleh Yesus.

Contoh Judul:
Fanatisicm in Novel “The Da Vinci Code” Written by “Dan Brown”

3. Tema Utama dan Tema Tamahan
a. Tema Utama
Makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya itu.

Contoh:
    Tema cinta dalam film Spiderman. Tema ini mejadi utama dikarenakan rasa cinta tokoh Peter terhadap marry Janelah yang menggerakan cerita.
  
Contoh judul:
Aspect of Love in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”

b. Tema Tambahan
    Makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu dalam cerita yang akan memperjelas makna pokok cerita.



Contoh:
    Tema kepahlawanan, diskriminasi ataupun tema kepribadian ganda dalam film Spiderman adalah tema tambahan. Karena tema-tema ini mendukung tema cinta tokoh Peter dan perwatakan dari kejiwaan tokoh Peter yang mencintai tokoh Marry Jane yang tak bisa ia miliki.

Contoh Judul:
    Minor Theme that Support Major Theme in Movie “Spiderman” Directed by “Sam Raimi”



Daftar Pustaka:
teori intrinsik yag di jabarkan di atas diambil dari buku Burhan Nurgiantoro.

Senyuman Monalisa

  Oleh: Andika Sukandi “Masih tiga jam, dua puluh dua menit, tiga puluh lima detik lagi” ujarku sambil melihat jam tangan yang sedang k...