18 April 2024

Senyuman Monalisa

 Oleh: Andika Sukandi


“Masih tiga jam, dua puluh dua menit, tiga puluh lima detik lagi” ujarku sambil melihat jam tangan yang sedang kupakai disebelah tangan kananku.
“Ya ampun Vin, dari tadi ngitungin jam melulu”
“He...he…ga tahu nih, puasa hari terakhir kayanya berat bangeeeet”
“Tapi ga segitunya dong” ujarnya.
“Dari awal puasa kan gw udah ngomong ke elo. Kalo nahan dahaga itu biasa bagi gw, karena gw jarang minum air. Nahan laper gw juga ga masalah, karena gw sering diet. Apalagi nahan untuk ngeliat cowo-cowo ganteng berkeliaran di sekitar gw, itu sepele bagi gw. Tapi yang gw ga bisa tahan, gw ga bisa nahan hasrat gw untuk ngeledekin orang.”
“Ooooooh. Jadi lo ga bisa nahan hobby lo yang ngeledekin orang” ujar Chika sambil merapikan jilbabnya dengan pandangan yang mulai sedikit ketakutan mendengar perkataan selanjutnya dariku.
“Iya. Apalagi kalo ngeliat lo, pasti bawaannya pengen…”
“Ngeledekin gw!!!”
Chika langsung melanjutkan perkataanku.
“He..,he…apalagi ngeliat perut lo yang tambah buncit. Tuh kan gw ngeledek lagi”
“Rese lo!!” ujarnya sambil mendorongku ke arah sampingku dengan pelan karena kami sedang duduk berdampingan di bangku taman kota.
“Sorry Chik. Gw kelepasan.” ucapku sambil meluruskan kakiku yang pegal, karena dari pagi aku dan Chika habis berbelanja kebutuhan lebaran besok.
Aku langsung terdiam sambil melihat orang-orang yang sedang menikmati keteduhan taman kota ini dan memperhatikan tata letak dan pengaturan taman ini.
“Gw baru sadar, ternyata disain taman ini keren juga”
“huuuh, dasar anak disain”
Chika mengomentari kata-kataku barusan tadi.
“He…he…lo ngertilah. Sekarang kata disain udah jadi bagian hidup gw” ujarku dengan tersenyum lebar. “Oh iya. gimana si Willy? Kayanya gw ga pernah liat dia jemput lo di kampus”
“Dia lagi sibuk sama gaweannya” jawab Chika
“Ooooh” ujarku panjang.
“Oh iya Vin, belakangan ini gw kurang pede nih sama bentuk badan gw sekarang. apalagi kalo ketemu si Willy”
Chika menunjuk badannya yang kini sedikit berubah bentuk. Karena saat ini, kulihat berat badannya naik sekitar sepuluh kilo.
Tapi dari semua itu, ia mempunyai kelebihan yang membuatku kagum, bukan kelebihan berat badannya, tapi otaknya dalam merangkai kata. Ia terbiasa merangkai kata seperti itu, karena jurusan kuliah yang dia ambil, yaitu sastra. Faktor kelebihanya itulah, kuacungkan empat jempol kepadanya. Dua jempol tanganku dan dua jempol kakiku. Maka dari itu, aku mencoba untuk menghiburnya. “Ya elah Chik. Walaupun nanti berat badan lo naik 70 kilo dan bentuk badan lo beleber kemana-mana. Gw yakin dia tetep suka sama lo”
“Tuh kan, lo ngeledek gw lagi. Nyesel gw tadi curhat”
“Kan gw tadi ngomongnya menggunakan konteks pengandaian.”
“Tapi jangan ngandaian gw naik 70 kilo dong. Serem banget gw bayanginnya”
“Tunggu Chik, gw bayangin dulu kalo berat badan lo naik segitu”
Aku langsung menerawang melihat ke atas, kemudian melihatnya lagi sambil membayangkan dia seperti itu. Perlahan tapi pasti, aku langsung tertawa dari volume terkecil kemudian perlahan menanjak ke volume yang terbesar.
“Vinaaaaa!!!”
“Iye...iye...sensitif banget sih”
“Gw lagi dateng bulan tau!!”
“Pantesan aja lo marah-marah melulu kaya jin yang lagi ngamuk gara-gara kurang sesajen….tuh kan, mulai lagi gw”
“Bener-bener deh lo, ngeledekinnya tambah parah”
Chika memasang muka yang terlihat kesal kearahku, seperti pengen gebukin kasur dengan alat khusus yang terbuat dari rotan seperti raket tennis.
“Ga tau nih Chik. Susah banget gw ngilangin kebiasaan buruk gw. Gimana dong nyembuhinnya?”
Tiba-tiba, terdengar suara azan Ashar terdengar membahana di taman kota yang memanggil-manggil di telinga mereka dan membuat Chika menenangkan emosinya.
“Ya udah gini deh, lo shalat ashar dulu. Abis itu lo berdoa dan minta petunjuk sama Allah untuk bisa ngilangin penyakit lo” ujar Chika memberikan saran untukku.
“Thanks Chik”
Aku langsung memeluknya dengan hangat seperti memeluk seorang saudara kandung yang tak pernah kurasakan, karena aku anak satu-satunya di keluargaku.
“Tapi gw ga bisa shalat bareng lo”
“Emangnya kenapa?”
“Kan gw lagi dapet”
“Oh iya, lo lagi dapet yah”
kemudian Chika menarik lenganku dengan pelan. Aku langsung bangun dari bangku taman sambil memegang bawaan belanjaanku yang memenuhi sebelah tanganku dan sebelah tanganku yang lain sedang dipegang oleh Chika. Kini kami menuju Mesjid tak jauh dari taman kota dimana tadi aku berteduh dan melepas lelah.
“Thanks Chik, walaupun kulit lo item kaya areng, tapi hati lo putih bersih”
“Tuh kan ngeledek gw lagi!!!” ujarnya kesal.

***

Kulangkahkan kakiku melalui jalan yang menuju rumahku sambil memikirkan Chika. Baru kusadari, kalau ia sedikit tersingung dengan ledekanku tadi. Tapi renunganku tentangnya langsung buyar saat kulihat jamku lagi untuk sekian kalinya. Ternyata, 30 menit lagi kumandang azan magrib akan terdengar. Kupercepat langkahku untuk sampai ke rumah. Tapi saat di pertigaan menuju rumahku, aku melihat tempat pengisian pulsa.
“Oh iya, pulsa gw abis.”
Aku langsung menuju tempat itu untuk mengisi pulsaku yang sekarat. Seperti biasa, pas hari lebaran, aku selalu meminta maaf lewat sms.
Sampai disana, aku meminta di isikan pulsa dengan nominal cukup besar. Karena aku masih ada sisa uang belanja lebaran.
Setelah selesai mengisi pulsa, kubalikan tubuhku dari tempat pengisian pulsa. Saat kulangkahkan kakiku memasuki gang menuju rumahku, seseorang berpakain putih berpas-pasan bertemu denganku. Kunaikan pandanganku untuk melihat wajahnya.
“Pak ustad”
“mmm…Vina yah”
“Iya pa ustad”
“Mau kemana pak ustad?” tanyaku.
“Ke mesjid. Mau buka puasa disana”
Ia menunjuk mesjid yang kubahnya lumayan besar dan dapat dilihat dari kita berdiri. Pak ustad langsung berjalan beriringan denganku, karena arah jalan gang rumahku, menuju mesjid yang tadi ditunjuknya.
“Oh iya, kamu udah lulus belum?”
“Belum pa ustad. Lagi nyusun tugas akhir”
“Yang semangat yah”
“Thank you pak ustad”
“Penyakit kamu udah sembuh belum?” tanyanya.
“Saya ga sakit pa ustad?”
Aku langsung heran mendengar pertanyaan dari pak ustad yang pernah menjadi guru ngajiku waktu kecil sampai SMP.
“Maksud saya penyakit jail kamu” jelasnya.
“Waduuuh, pak ustad masih inget aja. Vina jadi malu” ujarku sambil menggigit bibir bawahku.
“Saya masih inget, karena kamu yang paling bandel dan paling jail ngeledekin teman-teman kamu”
“He…he…iya nih pak ustad. Susah banget nyembuhin tuh penyakit sampai sekarang” ujarku sambil menggaruk belakang kepala yang tidak terasa gatal.
“Vina, saya cuma ngingetin aja. Apa yang kamu lakukan di dunia ini, pasti akan dibales di akhirat”
“Pak ustad jangan nakut-nakutin dong”
“Saya ga nakut-nakutin kamu. Coba deh kamu bayangin di akhirat nanti. Kamu ternyata masuk ke daftar tamu neraka gara-gara timbangan dosa kamu keberatan karena kamu sering ngeledekin orang.”
Aku langsung terdiam mendengar kata-katanya. Biasanya aku bisa membalas perkataan orang lain, tapi lidahku kini langsung kaku tak bisa berkelit.
“Coba bayangin lagi, ternyata kamu pas di hari pembalasan. Kamu ketemu sama dia, sang Professor Dr. iblis M.N. Dia nyiksa kamu dengan ngeledekin kamu selamanya.”
“M.N? apa tuh kepanjangannya pa ustad?” tanyaku sambil mengkerutkan dahiku yang tertutup oleh poni rambutku.
“Master Ngeledekin orang”
“Pa ustad bisa aja nih”
Tidak terasa, aku sudah sampai di depan rumahku.
“Pak ustad mampir dong. Kita buka puasa di rumah aku aja” ajakku.
“Terima kasih, tapi saya harus ada di mesjid. Salam aja yah buat keluarga di rumah” ucapnya.
“Oke deh. Vina duluan yah”
Kulambaikan telapak tanganku ke kanan dan kiri dengan cepat yang bertumpu di pergelangan tangan kananku.
“Oh iya Vina. jangan lupa yah?”
“Lupa apa pa ustad?”
“jangan lupa nikah”
“pak ustaaaad ko ngeledek Vina sih”
Aku sedikit tersinggung, karena usiaku yang sudah cukup umur untuk menikah, dan juga belum juga dapet pacar.
“Astaghfirullaahal’azim. Saya jadi ketularan kamu kan”
Aku langsung mengerti mengapa pa ustad meledekku. Ternyata dia mencoba mengingatkanku untuk mengucapkan salam dan juga mengingatkanku lagi kalo aku nanti di akhirat nanti.
“Oke deh pa ustad. Makasih yah tadi atas nasehatnya juga ledekannya”
“Sama-sama Vina”
“Assalamu alaikum” ucapku memberi salam padanya.
“Waalaikumsalam”

***

Suara kumandang takbir terdengar saling bersahutan antara mesjid satu dengan mesjid lainnya. Disaat yang sama, aku sedang duduk di meja makan melihat sesuatu yang dibungkus dalam rajutan yang indah berwarna kecoklatan berbentuk layangan. Layangan itu kini kusasat helai demi helai rajutan dari daun kelapa itu. Setelah terbuka, kubelah nasi yang telah padat di dalamnya menjadi kecil-kecil lalu kutaruh dalam piring sambil kusiram dengan kuah santan, kunyit dan bumbu-bumbu yang bersatu padu menggenangi potongan kecil nasi padat yang tadi kupotong.
Aroma yang keluar dari opor yang masih hangat itu, kini sedang mengerubungi hidungku. Aroma itu juga meggodaku untuk mencaplok potongan ayam yang telah berwarna kuning karena bumbunya telah meresap ke dalam daging. Ditambah lagi kentang yang di iris-iris kecil berwarna kuning kemerah-merahan, menambah nafsuku untuk melahap hidangan yang terhampar di depanku saat ini.
Lagi asiknya melahap hidangan khas lebaran ini, terdengar suara dari arah ruang tamu. Ternyata pamanku datang dengan keluarganya dan kini menghampiriku.
“Mohon maaf lahir dan batin om” ucapku sambil mencium telapak tangan atas dari pamanku.
“Mohon maaf lahir dan batin juga Vin”
“Uang lebarannya mana?”
“Astaga Vina, udah gede juga masih minta uang lebaran”
“Kan Vina masih anak kecil dan masih imut-imut om”
Kemudian kulihat omku merogoh kantong dari pakaian gamisnya. Aku langsung tersenyum lebar membayangkan aku dapat uang seratus ribu seperti lebaran kemaren.
“Nih buat anak kecil dan masih imut-imut”
“Loh ko? cuma seribu perak”
“Kan biasanya anak kecil dikasih segitu. Seribu perak juga udah seneng”
“Idiiih, om peliiiiiit”
Tapi omku tidak memperdulikan kata-kataku tadi sambil melenggang pergi menuju ruang tamu. Aku melihat seribu perak tadi yang diberikannya sambil geleng-geleng ga percaya. Lalu, ibuku datang dari arah dapur membawa rendang dalam sepiring besar. Ternyata dari tadi ibuku mendengar perbincanganku dengan adik kandungnya.
“Vina malu dong. Udah gede juga”
“Tapi mah?”
“Lebaran bukan hanya opor ayam dan uang lebaran Vin. Tapi hari dimana kita membersihkan diri dari dosa-dosa kita”
“Iya mah”
Aku langsung teringat apa kata pak ustad kemaren yang membuatku merinding. Kemudian, Aku langsung teringat salah satu sahabatku yang selalu menjadi korban pelampisan hobbyku yang sudah mendarah daging.
Aku langsung mengambil handphone dan mengirim sms ke Chika. Kutulis di sms itu dengan kata-kata yang sangat menyesal karena sering meledeknya dan berjanji untuk mencoba tidak meledek bentuk tubuhnya lagi.
Tapi setengah jam aku menanti, tak ada balasan dari Chika. Hatiku langsung berfikir kalo dia tak memaafkanku karena ledekanku kemaren. Tapi logikaku berfikir, kalau dihari lebaran, pasti provider akan lemot mengirim dan menerima sms.
Tapi berapa menit kemudian, sebuah sms masuk ke handphoneku. Ternyata itu Chika dengan isi smsnya yang membuatku tersenyum dan isi sms itu kubaca sekali lagi,

Andaikan Chairil Anwar ikut sahur.
Ia akan berpuisi,
“Aku berpuasa bukan untuk mereka”

Manakala Isaac Newton ikut tarawih.
Ia akan merumuskan,
“Gravitasi imanku, menarikku untuk bersujud”

Bilamana Friedrich Nietzsche membayar zakat,
Ia akan berfilosofi,
“Apalah arti kebahagian, tanpa memberi”

Dan jika saja Leonardo Da Vinci merayakan lebaran,
Ia akan membongkar rahasia kodenya,
“Monalisa tersenyum karena tulusnya kata maafmu”

☺Mohon maaf lahir dan batin juga, wahai sahabatku☺


Telah diterbitkan di majalah Pesona Muda Vol. 25. 2009

Oleh: Andika Sukandi

20 Maret 2024

Pengembala Mahasiswa


Oleh: Andika Sukandi

Senat dan organisasi-organisasi lainnya yang ada di dalam lingkungan kampus, adalah sebuah organisasi yang tidak hanya sebagai tempat berekspresi, menyalurkan kritikan dari suara para mahasiswa, atau mungkin juga sebagai boneka jelangkung yang bisa dimainkan dan dibungkam oleh pihak kampus. Bukan, bukan hanya itu, tetapi mereka adalah sebuah organisasi yang dapat membantu dalam memajukan dan juga mendapatkan nama baik sebuah kampus.
Untuk membantu mencapai kemajuan tersebut, para organisasi ini biasanya merealisasikannya dengan mengadakan acara-acara di dalam lingkungan kampus. Kita ambil contoh, seperti mengadakan lomba pertandingan basket antar siswa SMU yang dilaksanakan di halaman kampus.
Pertama-tama, mereka membuat proposal kegiatan acara untuk mendapatkan ijin dari pihak kampus dan mencari sponsor untuk membiayai kegiatan ini. Setelah ini terlaksana, mereka membuat brosur acara dan di pasang di sekolah-sekolah SMU yang ada disekitar kampus. Saat perserta acara mendaftarkan diri, para pembuat acara ini menyisipkan brosur kampus mereka bersama dengan setiap bukti pendaftaran yang akan diberikan kepada peserta. Akhirnya, acara pun berlangsung di lingkungan kampus dan hadiah pemenang lomba disisipkan juga dengan kenangan-kenangan yang berhubungan dengan nama kampus.
Mungkin, sebagian orang memandang acara seperti diatas hanya sebagai acara hura-hura semata. Namun, bentuk kegiatan ini sangatlah simbiosis mutualisme, atau sangat menguntungkan semua pihak, yaitu untuk peserta, senat, pihak sponsor, dan terutama sekali pihak kampus.
Untuk perserta acara, mereka mendapatkan media untuk berekspresi, menyalurkan hobi dan dapat eksis di dunianya. Kemudian, senat yang mengadakan acara mendapatkan modal dari pihak sponsor untuk merealisasikan acara yang akan mendukung anggota senat mendapatkan pengalaman berorganisasi dalam mengadakan acara. Pengalaman ini sangat penting, karena ini adalah semacam prototipe dunia kerja dan akan mendukung pada saat mereka nanti terjun ke dalam dunia kerja sebenarnya.
Lalu, pihak sponsor akan mendapatkan keuntungan juga dengan mempromosikan produk mereka. Pertama, nama produk mereka terpampang di brosur acara yang disebar keseluruh sekolah-sekolah SMU disekitar kampus dan tentu saja berbagai macam atribut seperti bendera, spanduk, baner atau lain-lainnya yang mempromosikan produk mereka yang dipasang di lingkungan kampus dimana tempat acara tersebut diadakan. Dan tentu saja yang tak kalah penting adalah mendapatkan hasil dari penjualan produk mereka dengan membuka stan sponsor di tempat acara.
Pihak terakhir adalah pihak kampus yang mendapatkan keuntungan yang amat sangat dari kegiatan ini. Pertama, dari brosur acara, nama kampus dicantumkan di brosur acara yang disebar di sekolah-sekolah SMU di sekitar kampus. Brosur ini, bisa dibilang sebagai alat promosi tidak langsung untuk memperkenalkan nama kampus kepada murid-murid SMU yang akan menjadi calon mahasiswa. Brosur kampus yang di sisipkan di bukti pendaftaran para peserta, adalah langkah selanjutnya dalam memperkenalakan lebih lanjut akan fasilitas dan akedemi-akademi yang ada di kampus.
Selanjutnya adalah acara yang diadakan di dalam lingkungan kampus itu sendiri. Ini adalah sebuah promosi yang sangat berperan dalam memperkenalkan suasana dan situasi kampus kepada para peserta acara. Para pemenang pun akan diberikan kenangan-kenangan dari pihak kampus sebagai promosi tambahan kepada mereka.
Setelah acara ini selesai, para perserta lomba ataupun pendukung peserta lomba akan mendapatkan gambaran tentang kampus ini dan mungkin saja akan berniat untuk kuliah di kampus tersebut. Semakin banyak acara yang dilaksanakan di lingkungan kampus, semakin membuka kemungkinan mendapatkan mahasiswa sebanyak-banyaknya untuk masuk ke kampus tersebut. Tak pelak lagi, pihak kampus akan mendapatkan keuntungan materi dari banyaknya orang yang berkuliah disana dan tentu saja merambat kedalam kesejahteraan para karyawannya. Ditambah lagi jika acara tersebut diliput oleh media. Lagi-lagi, pihak kampus mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan promosi secara gratis saat media memberitakan acara tersebut yang pastinya mengikutsertakan nama kampus. Bisa dibilang, pihak kampuslah yang mendapatkan keuntungan lebih tanpa mengeluarkan keringat dan banyak biaya.
Keuntungan yang akan didapatkan, bukan hanya dari pembuatan acara di bidang olah raga seperti dicontohkan di atas, tetapi bisa dengan berbagai macam acara di bidang apapun. Seperti membuat acara pagelaran musik dengan para pesertanya adalah pengamen jalanan, acara ini mungkin akan mengharumkan nama baik kampus yang peduli dengan musisi jalanan. Ataupun lomba yang berhubungan dengan teknologi informasi dan internet yang membangkitkan minat para anak SMU untuk kuliah manajemen informatika dan Komputer saat mereka lulus.
Jenis lomba lain yang bisa diadakan yaitu lomba membuat film pendek antar SMU. Mungkin saja mereka akan berniat kuliah di bidang komunikasi. Mungkin juga membuat lomba lukis graviti antar SMU, yang lagi-lagi akan memberi gambaran bahwa bakat mereka dapat disalurkan di akademi seni dan desain.
Atau mungkin pula dengan membuat olimpiade sastra antar SMU di lingkungan kampus yang jarang terdengar dari sebuah bentuk lomba. Dan sekali lagi, memberi kesempatan para perserta “menjerumuskan diri” untuk menggantungkan hidupnya di dunia sastra dengan memasuki akademi bahasa asing atau sastra. Apapun acaranya, ini akan menguntungkan semua pihak.
Namun disayangkan, segala rencana tersebut yang telah matang dibuat, terganjal oleh sebagian pihak kampus yang tidak memberikan ijin untuk mengadakan acara di halaman kampus. Tetapi kenapa ada sebagian pihak kampus yang membatasi para senat dalam membuat acara? Padahal, apa yang dilakukan para mahasiswa dan senat, ditunjukan untuk kemajuan semua pihak, khususnya pihak kampus.
Tidak bisa dibayangkan, jika para mahasiswa atau senat yang selalu diganjal dalam membuat acara dan selalu dibungkam kritikan mereka oleh pihak kampus akan menciptakan lulusan mahasiswa yang bagus di nilai akademis, tetapi mentalnya “lembek” dalam mengkritik dan minim pengalaman dalam berorganisasi.
Entah bagaimana nanti jika mantan mahasiswa dan senat ini menjadi wakil rakyat, mereka yang telah terbiasa di bungkam atau tidak terbiasa mengkritik sebuah kebijakan, pastinya mereka akan dibungkam juga dan tidak berdaya oleh pihak-pihak tertentu agar suara dari rakyat yang di letakan dipundaknya, tidak mengganjal jalan para niat buruk politisi lainnya.
Maukah kita melihat para mahasiswa yang lulus dari kampus yang tak biasa dikritik oleh mahasiswanya menjadi para politisi keblinger karena selalu dibungkam? Inginkah nama kampus dikenal sebagai tempat meluluskan para politisi yang tak biasa mengkritik dan tidak berani mengungkapkan isi hatinya? Inilah sebuah tanggung jawab para dosen sebagai garda paling depan dalam memintarkan mereka dalam bidang akademis, juga dalam bidang yang sangat penting dalam membangun mental para mahasiswa yang kritis tetapi sopan.
Namun sekali lagi, pihak yang sangat membantu para mahasiswa ini adalah di pihak kampus. Maukah pihak kampus terbuka dengan menerima kritikan membangun atau memberikan kunci untuk mereka dalam berekspresi dengan memberikan ijin dalam membuat acara?  Sekali lagi, diserahkan kembali kepada kebijakan pihak kampus, karena para mahasiswa inilah yang akan membangun bangsa ini dengan berbekal pengalaman mereka saat mereka menjalani kehidupan di kampus tempat ia menimba ilmu dan juga tempat penempaan mental kritis yang sopan.
Karena itulah, sebuah keinginan untuk melihat para mahasiswa yang akan menjadi seseorang yang sukses luar biasa di bidangnya dan mempunyai mental yang berkualitas adalah kepuasan batin dari seorang yang dulunya mendidik dan memfasilitasi mereka. Apakah anda termasuk di dalamnya?

30 Januari 2023

Tips Menulis Cerita

Berikut ini adalah tips yang telah di rangkum dari berbagai sumber. 
1. "Cari masalah" Di cerita yang ingin dibuat. Karena masalah akan membuat konflik muncul dan menjalankan plot cerita. 
2. Bikin ending yang menggantung disetiap bab untuk menarik pembaca penasaran ingin tahu kelanjutan selanjutnya. Ini yang disebut dengan cliff hanger. 
3. Tulislah latar dengan menarik dan kreatif menggunakan 5 panca indra. Yaitu dengan penglihatan, penciuman, pengecapan, perabaan dan pendengaran
4. Cari objek yang bisa dipakai untuk bikin cerita lebih dalam
5. Bikin tokohnya babak belur dengan banyak masalah
6. Bikin adegan heartbreak yang sinematik. Seperti di bandara yang melepas sesorang yang dicintai pergi. 
7. Tulis konflik dan karakter yang menggigit dan sembunyikan motif atau masa lalu karakter. 
8. Tempat nangis yang sinematik dan estetik
9. Tonjolkan persamaan dan perbedaan para tokoh
10. Show dont tell 
11. Bentuklah karakter yang menyengat atau mempunyai daya tarik untuk diingat pembaca
12. Mulailah bertanya what if. Maka semua hal akan berkembang nyaris tak terkendali. Inilah trik untuk mengembangkan sebuah gagasan. 
13. Konsistensi karakter
Semoga bermanfaat

#ongoing


24 Januari 2023

Untuk Istriku,

Jangan bicarakan kerinduan
Diantara kita, sayangku
Karena kerinduan ini 
Menyiksa kita

Bicaralah tentang senyum
Buah hati kita
Ataupun kenakalan mereka
Yang mentertawakan dunia

Peluklah mereka dengan erat, manisku
Seperti halnya 
Kau memelukku dengan erat

Hanya itulah 
Penawar kerinduan
Diantara kita

- Andika -


Senyuman Monalisa

  Oleh: Andika Sukandi “Masih tiga jam, dua puluh dua menit, tiga puluh lima detik lagi” ujarku sambil melihat jam tangan yang sedang k...