20 Maret 2024

Pengembala Mahasiswa


Oleh: Andika Sukandi

Senat dan organisasi-organisasi lainnya yang ada di dalam lingkungan kampus, adalah sebuah organisasi yang tidak hanya sebagai tempat berekspresi, menyalurkan kritikan dari suara para mahasiswa, atau mungkin juga sebagai boneka jelangkung yang bisa dimainkan dan dibungkam oleh pihak kampus. Bukan, bukan hanya itu, tetapi mereka adalah sebuah organisasi yang dapat membantu dalam memajukan dan juga mendapatkan nama baik sebuah kampus.
Untuk membantu mencapai kemajuan tersebut, para organisasi ini biasanya merealisasikannya dengan mengadakan acara-acara di dalam lingkungan kampus. Kita ambil contoh, seperti mengadakan lomba pertandingan basket antar siswa SMU yang dilaksanakan di halaman kampus.
Pertama-tama, mereka membuat proposal kegiatan acara untuk mendapatkan ijin dari pihak kampus dan mencari sponsor untuk membiayai kegiatan ini. Setelah ini terlaksana, mereka membuat brosur acara dan di pasang di sekolah-sekolah SMU yang ada disekitar kampus. Saat perserta acara mendaftarkan diri, para pembuat acara ini menyisipkan brosur kampus mereka bersama dengan setiap bukti pendaftaran yang akan diberikan kepada peserta. Akhirnya, acara pun berlangsung di lingkungan kampus dan hadiah pemenang lomba disisipkan juga dengan kenangan-kenangan yang berhubungan dengan nama kampus.
Mungkin, sebagian orang memandang acara seperti diatas hanya sebagai acara hura-hura semata. Namun, bentuk kegiatan ini sangatlah simbiosis mutualisme, atau sangat menguntungkan semua pihak, yaitu untuk peserta, senat, pihak sponsor, dan terutama sekali pihak kampus.
Untuk perserta acara, mereka mendapatkan media untuk berekspresi, menyalurkan hobi dan dapat eksis di dunianya. Kemudian, senat yang mengadakan acara mendapatkan modal dari pihak sponsor untuk merealisasikan acara yang akan mendukung anggota senat mendapatkan pengalaman berorganisasi dalam mengadakan acara. Pengalaman ini sangat penting, karena ini adalah semacam prototipe dunia kerja dan akan mendukung pada saat mereka nanti terjun ke dalam dunia kerja sebenarnya.
Lalu, pihak sponsor akan mendapatkan keuntungan juga dengan mempromosikan produk mereka. Pertama, nama produk mereka terpampang di brosur acara yang disebar keseluruh sekolah-sekolah SMU disekitar kampus dan tentu saja berbagai macam atribut seperti bendera, spanduk, baner atau lain-lainnya yang mempromosikan produk mereka yang dipasang di lingkungan kampus dimana tempat acara tersebut diadakan. Dan tentu saja yang tak kalah penting adalah mendapatkan hasil dari penjualan produk mereka dengan membuka stan sponsor di tempat acara.
Pihak terakhir adalah pihak kampus yang mendapatkan keuntungan yang amat sangat dari kegiatan ini. Pertama, dari brosur acara, nama kampus dicantumkan di brosur acara yang disebar di sekolah-sekolah SMU di sekitar kampus. Brosur ini, bisa dibilang sebagai alat promosi tidak langsung untuk memperkenalkan nama kampus kepada murid-murid SMU yang akan menjadi calon mahasiswa. Brosur kampus yang di sisipkan di bukti pendaftaran para peserta, adalah langkah selanjutnya dalam memperkenalakan lebih lanjut akan fasilitas dan akedemi-akademi yang ada di kampus.
Selanjutnya adalah acara yang diadakan di dalam lingkungan kampus itu sendiri. Ini adalah sebuah promosi yang sangat berperan dalam memperkenalkan suasana dan situasi kampus kepada para peserta acara. Para pemenang pun akan diberikan kenangan-kenangan dari pihak kampus sebagai promosi tambahan kepada mereka.
Setelah acara ini selesai, para perserta lomba ataupun pendukung peserta lomba akan mendapatkan gambaran tentang kampus ini dan mungkin saja akan berniat untuk kuliah di kampus tersebut. Semakin banyak acara yang dilaksanakan di lingkungan kampus, semakin membuka kemungkinan mendapatkan mahasiswa sebanyak-banyaknya untuk masuk ke kampus tersebut. Tak pelak lagi, pihak kampus akan mendapatkan keuntungan materi dari banyaknya orang yang berkuliah disana dan tentu saja merambat kedalam kesejahteraan para karyawannya. Ditambah lagi jika acara tersebut diliput oleh media. Lagi-lagi, pihak kampus mendapatkan keuntungan dengan mendapatkan promosi secara gratis saat media memberitakan acara tersebut yang pastinya mengikutsertakan nama kampus. Bisa dibilang, pihak kampuslah yang mendapatkan keuntungan lebih tanpa mengeluarkan keringat dan banyak biaya.
Keuntungan yang akan didapatkan, bukan hanya dari pembuatan acara di bidang olah raga seperti dicontohkan di atas, tetapi bisa dengan berbagai macam acara di bidang apapun. Seperti membuat acara pagelaran musik dengan para pesertanya adalah pengamen jalanan, acara ini mungkin akan mengharumkan nama baik kampus yang peduli dengan musisi jalanan. Ataupun lomba yang berhubungan dengan teknologi informasi dan internet yang membangkitkan minat para anak SMU untuk kuliah manajemen informatika dan Komputer saat mereka lulus.
Jenis lomba lain yang bisa diadakan yaitu lomba membuat film pendek antar SMU. Mungkin saja mereka akan berniat kuliah di bidang komunikasi. Mungkin juga membuat lomba lukis graviti antar SMU, yang lagi-lagi akan memberi gambaran bahwa bakat mereka dapat disalurkan di akademi seni dan desain.
Atau mungkin pula dengan membuat olimpiade sastra antar SMU di lingkungan kampus yang jarang terdengar dari sebuah bentuk lomba. Dan sekali lagi, memberi kesempatan para perserta “menjerumuskan diri” untuk menggantungkan hidupnya di dunia sastra dengan memasuki akademi bahasa asing atau sastra. Apapun acaranya, ini akan menguntungkan semua pihak.
Namun disayangkan, segala rencana tersebut yang telah matang dibuat, terganjal oleh sebagian pihak kampus yang tidak memberikan ijin untuk mengadakan acara di halaman kampus. Tetapi kenapa ada sebagian pihak kampus yang membatasi para senat dalam membuat acara? Padahal, apa yang dilakukan para mahasiswa dan senat, ditunjukan untuk kemajuan semua pihak, khususnya pihak kampus.
Tidak bisa dibayangkan, jika para mahasiswa atau senat yang selalu diganjal dalam membuat acara dan selalu dibungkam kritikan mereka oleh pihak kampus akan menciptakan lulusan mahasiswa yang bagus di nilai akademis, tetapi mentalnya “lembek” dalam mengkritik dan minim pengalaman dalam berorganisasi.
Entah bagaimana nanti jika mantan mahasiswa dan senat ini menjadi wakil rakyat, mereka yang telah terbiasa di bungkam atau tidak terbiasa mengkritik sebuah kebijakan, pastinya mereka akan dibungkam juga dan tidak berdaya oleh pihak-pihak tertentu agar suara dari rakyat yang di letakan dipundaknya, tidak mengganjal jalan para niat buruk politisi lainnya.
Maukah kita melihat para mahasiswa yang lulus dari kampus yang tak biasa dikritik oleh mahasiswanya menjadi para politisi keblinger karena selalu dibungkam? Inginkah nama kampus dikenal sebagai tempat meluluskan para politisi yang tak biasa mengkritik dan tidak berani mengungkapkan isi hatinya? Inilah sebuah tanggung jawab para dosen sebagai garda paling depan dalam memintarkan mereka dalam bidang akademis, juga dalam bidang yang sangat penting dalam membangun mental para mahasiswa yang kritis tetapi sopan.
Namun sekali lagi, pihak yang sangat membantu para mahasiswa ini adalah di pihak kampus. Maukah pihak kampus terbuka dengan menerima kritikan membangun atau memberikan kunci untuk mereka dalam berekspresi dengan memberikan ijin dalam membuat acara?  Sekali lagi, diserahkan kembali kepada kebijakan pihak kampus, karena para mahasiswa inilah yang akan membangun bangsa ini dengan berbekal pengalaman mereka saat mereka menjalani kehidupan di kampus tempat ia menimba ilmu dan juga tempat penempaan mental kritis yang sopan.
Karena itulah, sebuah keinginan untuk melihat para mahasiswa yang akan menjadi seseorang yang sukses luar biasa di bidangnya dan mempunyai mental yang berkualitas adalah kepuasan batin dari seorang yang dulunya mendidik dan memfasilitasi mereka. Apakah anda termasuk di dalamnya?

Senyuman Monalisa

  Oleh: Andika Sukandi “Masih tiga jam, dua puluh dua menit, tiga puluh lima detik lagi” ujarku sambil melihat jam tangan yang sedang k...